Sharing with Arisandi bersama bod (board of director) si “MERAH”

Kamis 10 juli 2014 cabang Sunter 1. 

Pagi hariku seperti biasa dimulai ke kantor dg motor yg masih tersangkut di halaman kosan. Tapia da yg berbeda kali ini. Ada sharing dg bpk Arisandi jam 11.00 di Sunter1. Acara ini mundur dari jadwal sebelumnya jam 9.00, mungkin menunggu kedatangan bapak Arisandi yang langsung terbang dari Surabaya. Salut buat beliau.

 

Tulisan saya kali ini 90% berisikan materi yg disampaikan oleh bpk Arisandi secara langsung. Sharing yg disampaikan dg santai, tanpa persiapan, penuh dg Tanya jawab secara dua arah sehingga sangat interaktif, cerita yg mengalir, dg ciri khas beliau mengatakan “OK” dan “YA” yg masih terngiang di kepala saya da nada unsur “JOWO” yg tidak luput beliau sampaikan.

 

Oh ya Bapak Arisandi adalah praktisi hypnoteraphy dan founder ICT. Kalau boleh saya share sedikit di tahun 2012 saat beliau berkunjung ke si “MERAH” cabang Sunter 1. Waktu itu kantor pusat si “MERAH” masih di blok B1B. Saya dipanggil pak Hindra ke cabang yang jaraknya hanya beberapa meter dari kantor pusat. Saat itu sudah malam yang mana tim IT yang biasanya menangani masalah2 teknologi informasi sudah pulang.

 

Saat itu bapak Arisandi mengatakan ada masalah dg akun fb nya ketika mengepost banyak cerita selalu keluar semacam sign otomatis yg nampaknya mengganggu tampilan yg ingin beliau bagi. Jujur saya baru kali itu menemui masalah seperti itu. Coba2 utak atik di setting fb beliau. Uda dibenerin tapi tetep keluar permasalahannya. Solusi terakhir lihat element dibalik page fb beliau. Di situ ada beberapa sintaks (perintah) yg saya ubah. Saya berharap itu solusi terakhir bisa memberikan harapan.

 

Ternyata ketika dicoba tetep saja bermasalah. Ya sudah saya berpasrah, saya hanya bisa berdoa mudah2n masalahnya bisa segera terselesaikan. Saya minta maaf tidak bisa banyak membantu. Tapi beliau memaklumi setidaknya saya sudah mencoba. Selang beberapa hari atau minggu saya tidak ingat lagi, bapak Hindra menemui saya dan bercerita katanya masalah akun fb pak Arisandi tempo hari bisa terselesaikan dg sendirinya. Dalam hati Alhamdulillah Allah masih mendengar doa saya. Meskipun sudah berusaha keras, tapi Kuasa Tuhan lebih besar dan lebih mudah mengatasi berbagai masalah.

 

Ok saya mulai y. itu tadi intermeso perkenalan pertama saya dg bapak Arisandi. Kebiasaan saya yang baru pertama kali bertemu dengan orang biasanya dalam hati berharap bisa ketemu lagi. Dan kembali doa saya terkabul hari ini saya bertemu dg bapak Arisandi kembali di Sunter 1. Bpk Arisandi memulai sharing kesuksesannya dg sebuah pertanyaan

 

Apakah itu seorang leader?

 

Beberapa dr kita yg kurang lebih ada 30 orang menjawab:

Leader adalah yg bisa melakukan improve

Leader adalah seseorang yg bisa keluar dari zona nyaman

Leader adalah sosok yg butuh tantangan

Leader mampu meningkatkan diri lebih baik lagi

So dg mudah bpk Arisandi memberikan kesimpulan bahwa leader adalah sosok yg senantiasa melakukan improvisasi diri. keluar zona nyaman. butuh tantangan. meningkatkan diri lbh baik lg. hingga akhir hayat.

 

Bapak Arisandi mengingatkan kita betapa pentingnya mengelola diri. mengelola kesehatan. seberapa bagus mengelola keuangan. mengelola spiritual dan membuat sebuah lifestyle positif.

 

Kita harus mampu membedakan kebutuhan dan keinginan serta fokus pada goal.

Pertanyaan berikutnya adalah

 

Apakah itu komitmen?

 

Beberapa dari kami menjawab : komitmen adalah janji.

Koitmen diperlukan untuk meraih sukses,

Komitmen dilakukan secara sungguh2.

Saya menjawab komitmen adalah konsistensi melakukan sesuatu.

Ada juga yang menjawab komitmen dilakukan ada atau tidak ada yang mengawasi

So dg mudah bpk Arisandi memberikan kesimpulan bahwa komitmen adalah janji utk diperlukan meraih sukses scara sungguh2 dg konsisten ada ato tdk yg mengawasi karena melakukannya demi diri sendiri.

 

Bpak Arisandi mengingatkan bahwa tantangan dalam berkomitmen adalah malas, takut, tdk percaya diri.

 

Kembali Bapak Arisandi mengingatkan hidup harus seimbang. siapkan pondasi kesuksesan dr awal dg benar.

 

Bapak Arisandi memberikan tips dalam keterampilan mengelola uang

  1. sisihkan dana 10% à pengembangan diri
  2. 10% à kebebasan financial
  3. 10% à sosial

Di sini Bapak Arisandi menceritakan kehidupannya yang sulit di tahun 1996-an. Saat itu beliau masih sebagai guru dg penghasilan tak menentu kira2 Rp 300.000,00 karena saat siswa liburan biasanya tidak ada pemasukan. Pun demikian beliau masih bisa menyisihkan Rp 25.000,00 yang terasa berat saat itu untuk membeli buku atau biaya menghadiri seminar untuk pengembangan diri.

 

Bapak Arisandi memberikan suatu formula

 

rumus kesuksesan = peluang x kesiapan

 

formula yang pernah saya dengar dari penyanyi top Indonesia Agnes Monica saat diwawancarai di sebuah stasiun televisi

 

Bapak Arisandi kembali mengingatkan hati2 : stress – stroke – stop

 

Beliau mengatakan tantangan utk sukses ada dua yaitu dari diri sendiri dan dari luar

Jika datangnya dari diri maka perlu dikontrol. Jika dating dr luar butuh penyeimbang. caranya perkuat diri sendiri. gunakan tekanan dari luar utk dmanfaatkan. fungsikan atasan sbg coach (coach sbg orang yg menjaga planning agar tetap berjalan)

sehingga orang ini memastikan anda menjalankan kurikulum hidup yg anda buat sendiri yg harus djalankan tiap bulan

 

Beliau mengingatkan bahwa banyak orang tdk sukses krn terlalu sering mentolerir dirinya disebabkan tdk ada yg harus ditanggungjawabi sehingga komitmennya luntur

 

Kembali bapak Arisandi bertanya

 

apakah anda ingin sukses?

apakah anda bersedia sukses?

apakah anda merasa layak dan pantas untuk sukses?

 

Bapak Arisandi memberikan analogi sederhana dalam mengatasi tantangan dari dalam. Jika tubuh fisik perlu dimandikan 2 kali sehari, maka tubuh mental perlu juga dimandikan. Masalah mental dapat terlihat dari sikap ragu2, tdk pede. merasa tdk mampu. Ini semua muncul krn masalah mental yg menumpuk. So Bapak Arisandi menyarankan hidup harus balance waktu utk makan. waktu utk mandi. waktu utk keluarga. waktu utk sendiri. waktu utk mental. waktu utk berdoa

 

Bapak Arisandi menggarisbawahi bahwa komitmen mendasari semuanya. Jadi caranya jaga hal basic yaitu keuangan dan kesehatan. Tangga kesuksesan tdk bs dihilangi tp bs dipercepat

 

Bapak Arisandi mengingatkan hati2 kadang2 kita dibutakan oleh hal yg tdk kita mengerti. So jika menjadi karyawan jadilah karyawan d level yg tinggi. Didiklah diri utk melatih lebih hebat lagi agar menjadi hal yg lbh besar. Bisa saja dari buruh yg plg rendah tdk peduli berapa yg didapat.

 

Di sini bapak Arisandi menceritakan kehidupannya dulu yang pernah membantu saudaranya di bengkel. Dimulai dari pekerjaan membuka baut motor. Bapak Arisandi tidak pernah mempermasalahkan berpa yang beliau terima melainkan beliau mencoba melatih dirinya untuk menjadi lebih hebat.

 

Jadi ketika membicarakan karayawan atau pengusaha yg penting adalah MINDSET. Contoh menjadi karyawan tp berpikiran spt pengusaha. Ingat logika Tuhan blh jd kerja sedikit yg penting tulus

 

Bpak Arisandi mencontohkan mindset pengusaha adalah komitmen yang tdk peduli ada atau tdk diawasi (sementara karyawan minta d atur minta d fasilitasi). Indonesia kekurangan orang yg bervisi pengusaha (banyak yang bilang karena terlalu lama dijajah). Akan tetapi kita tidak ingin menyalahkan penjajahan itu. Yang terpenting apa yang bisa kita ubah. Tularkan komitmen dan kedisiplinan ke keluarga.

 

SO PERBAIKI DIRI. Jika tahu salah dan terus melakukan = KONYOL. Berdoalah dan berusaha. Komitmen serta disiplinkan diri. Beliau menyarankan ICT sebagai obat mental. ICT adl salah satu teknik membersihkan mental

 

Ada teknik lain dari hawai yang namanya ho o ono polo (kalu saya tidak salah mencatat, kalu salah silahkan dikoreksi). Prosedurnya sangat sederhana

1. I’m sorry .. mungkin sy punya peran

2. please forgive me

3. I love you .. km apa adanya

4. thank you 🙂 .. telah menjadikan sy sebagai bagian dr hidupmu

 

Beliau menerangkan ICT spt antivirus dlm computer. Prosedurnya adalah

1. niatkan utk sembuh kpada Tuhan

2. sebutkan nama masalah akhiri dg TERAPI

 

Cara mandi mental adalah

1. siapkan buku khusus depan pg mlm yg blkg

2. pagi setting mood 3 menit (jika tdk disetting akan ditentukan oleh lingkungan)

contoh : hr ini sy mengijinkan diri sy merasa tenang penuh kendali diri

 

sy memutuskan diri saya untuk nyaman melihat goal saya. mampu menghasilkan ide2 brilliant

 

3. mlm hr utk evaluasi.3 menit

contoh : saya merasa tdk dihargai. saya merasa diinjak2

saya merasa dia jahat

 

4. lakukan setiap hari

kuncinya jujur.

ada perasaan apapun nyatakan

tdk perlu menebak2

ICT bkn afirmasi (Klo afirmasi selalu mengatakan yg positif) krn sifatnya menscan. Kuncinya rutin. latihan. dan latihan

 

Kemudian adalagi spa mental à utk membereskan isu2 besar dlm hidup bs dlakukan 1 bulan s.d 2 bln terakhir. Spa mental biasa dilakukan sekitar 30 menit

 

Bagaimana kita bisa tahu tdknya sembuh atau tdk. Lihat jika bertemu masalah apakah masih merasakan keadaan2 sblumnya atau tdk

 

contoh takut kecoa perasaan pertama kali apa

tambahkan kata2 saya ingin lepas dr fobia ini

saya bersedia lepas dr fobia ini

saya pantas dan layak lepas dr fobia ini

sekarang dan untuk selamanya

 

Di sini bapak Arisandi mempraktekkan ICT kepada beberapa teman. Ada teman yang takut kecoa. Ada teman yang takut berkendara di jalan raya karena trauma kecelakaan di jalan raya. Sedikit cerita saat teman saya ini bersungguh2 ingin melepaskan memori masa lalunya, tubuh saya merinding. Terasa ada aliran energi yang mengatakan bahwa masa lalunya sangat berat untuk meninggalkannya.

 

Ada teman yang takut mengendarai mobil sendirian karena pernah berhenti saat latihan di tikungan yang menanjak. Sedikit cerita tentang teman saya ini saya pernah mengantar beliau dari kantor pusat sekarang (di depan Sunter Mall) ke cabang Sunter 1. Saya lupa saat itu untuk menaikkan keran bensin. Karena kalau parkir biasanya keran bensin saya turunkan sebab kalau tidak diturunkan bensinnya sering menetes. Nah karena posisi masih di bawah, dan saat ada jalanan putar balik kondisi macet, saya tidak terlalu memutar gas maka mesin motor saya mati.

 

Saya biasanya tidak panik tapi karena teman saya ini (pernah jadi atasan saya juga) memberikan instruksi yang dalam keadaan panik karena macet. Saya jadi bingung sendiri. Sedikit cerita saya memang punya banyak trauma dg jalan raya dan sering kecelakaan juga. Tapi saya bisa berdamai dg itu semua, enjoy dg itu semua karena saya menikmati setiap perjalanan saya. Saya selalu rileks ketika berkendara, so jika ada masalah muncul saya tidak akan langsung panik tapi sadar dan tenang solusi apa yang harus saya lakukan.

 

Kemudian setelah praktek beberapa teman di depan. Bapak Arisandi meminta kami menuliskan beberapa masalah yang kami hadapi masing2. Beliau mengingatkan jika ada perasaan yang mengganjal yang tidak jelas definisinya katakana ini

“ada salah satu atau lebih bagian dari saya yg tanpa saya sadari ato tdk menarik masalah2 dlm pekerjaan saya”

“bagian ini mungkin punya tujuan baik tp saya belum memahaminya”

“sedangkan ada bagian dari saya yg tdk menginginkannya”

“dengan ini saya memutuskan mengijinkan diri saya menyatukan seluruh bagian dari diri saya bebas dari masalah2 ini”

 

Acara sharing ditutup dg komitmen kami pribadi masing2 untuk melakukan perbedaan2 yg segera dilakukan. Saya menuliskan 9 tindakan ini (karena saya merasa angka 9 merupakan angka terbesar)

1. mengetik buku minimal 4 halaman 1 hr ato bahkan lebih minimal 1 sub bab

2. menghemat pengeluaran utk makan dan utk bertemu dg teman

3. menyeimbangkan waktu tidur bermain dan nonton

4. mengurangi waktu nonton dan bermain

5. lbh fokus dlm bekerja minimal 1 bab ppt dlm 1 hr

6. rekaman 10 soal dlm 1 hr ato lebih

7. netral dlm menghadapi masalah tdk emosi. tdk marah2

8. sering senyum saat bertemu masalah

9. hati2 saat membuat keputusan juga hati2 saat investasi

 

Terima kasih Bapak Arisandi. Terima kasih atas sharingnya. Terima kasih atas ilmunya. Mudah2n bapak selalu sukses dan saya bisa sesukses bapak atau bahkan lebih. Aaamiin

Akhirul kalam klo ada kebaikan semua itu datangnya dari Allah swt kalaupun masih banyak kekurangan pada tulisan saya itu semua tidak lepas dari kemampuan saya yang masih minim dan masih belajar untuk menulis. Jika lau banyak kesalahan itu semua karena saya manusia biasa yg tak lepas dari khilaf. Wabilatufik walhidayah. Wassalamualaikum Wr. Wb

KEKUATAN si “MERAH” (bagian ke 3)

Halo sobat pembaca yg budiman, bertemu lagi dg saya Rosyid Adrianto anak rantau yg mencoba peruntungannya di ibu kota Republik Indonesia tercinta. Kali ini tak terasa sudah masuk bagian ke 3 kehidupan saya bersama si “MERAH”. Pada bagian ini saya akan lebih banyak bercerita ttg SUARA2 yg sering muncul selama saya bersama si “MERAH”. Oh ya karena saya sudah janji sebelumnya, saya akan mulai ceritanya saat kepindahan saya di cabang Taman Ratu.
Masih ingat saat itu Sabtu siang sepulang kerja 31 Juli 2010 saya dan teman saya guru SD pinjam motor guru SD cabang Sunter yang lain untuk survey tempat tinggal di sekitar cabang Taman Ratu. Lumayan lama saya naik motor dari Sunter, ke Jalan Gajah Mada, ke arah Grogol lalu ke Indosiar kemudian mencari Gang Macan. Menyusuri jalanan kompleks di gang Macan sampai ke kantor si “MERAH” cabang Taman Ratu.
Di cabang Taman Ratu ini kami mampir untuk Sholat Ashar kemudian tanya2 ke tim depan di situ. Tim depan ini jg pernah membantu guru si “MERAH” mencari tempat tinggal di sekitar cabang Taman Ratu. Setelah paham lokasi yang dimaksud kami mencari tempat tinggal bersama2. Setidaknya kami mencari tempat tinggal yang menyewakan dua kamar karena teman saya Guru SD tadi adalah perempuan. Kan tidak mungkin jika kami tinggal sekamar.
Kami cari2 awalnya ketemu suatu tempat di sekitar Gang Macan tapi cuma satu kamar saja. Asal teman2 tau di situ ada suatu rumah yang pernah disewa Juwita Bahar saat dulu pernah diorbitkan oleh Indosiar. Karena cuma satu kamar saja, saya mencari lagi untuk saya tinggali. Awalnya saya mencaari di daerah Jalan Asia, di situ kami tanya2 kepada warga setempat.
Ada bapak1 yang menawari kami tempat tinggal tapi lokasinya masih jauh lagi. Teman saya mencoba tanya kepada bapak2 yang juga punya tempat tinggal untuk disewakan. Di sini peristiwa tak terduga terjadi. Bapak1 yg pertama berbicara dg teman saya tadi tidak terima jika akhirnya teman saya ingin melihat rumah yang ditawarkan Bapak2. Teman saya merasa tempat tinggal yang di Gang Macan sangatlah kurang layak untuk ditinggali.
Karena bapak1 tidak terima dg bapak2 karena merasa calon penyewanya diambil tiba2 terjadi baku hantam di antara keduanya. Kami berdua kaget setengah mati, lebih2 teman saya yang guru SD tadi. Tiba2 dia menangis karena tidak bisa melihat darah yang mengucur keluar dari wajah bapak2 karena mendapat hantaman keras dari bapak1.
Tidak ingin terlibat konflik lebih jauh warga setempat yang melerai perkelahian bapak1 dan bapak2 meminta kami untuk segera pergi. Dari omelan yg saya dengar yg dilontarkan oleh bapak1, ternyata bapak1 menyimpan dendam kepada bapak2 karena bapak2 ternyata sering menyikat calon penyewa yg sudah diajak bicara oleh bapak1. Urusan uang ternyata, bapak-bapak yang bersahabat bisa adu jotos seperti itu. Melihat kejadian yang begitu memilukan membuat kami bertanya lagi ke tim depan cabang Taman Ratu. Tanya2 kalau2 adakah tempat yg lebih aman di sana, jauh dari adu jotos dan sebagainya.

Setelah tanya2 akhirnya saya mencari tempat tinggal di sekitar Indosiar ditemani tim depan cabang Taman Ratu. Teman saya yg guru SD istirahat di kantor si “MERAH” cabang Taman Ratu karena masih syok dengan kejadian adu jotos sebelumnya. Setelah menemukan tempat tinggal yang sesuai karena saya lihat di dalam kamar sudah ada kamar mandinya. Tempatnya pun 1 meter di atas permukaan tanah jadi aman jika ada hujan lebat dan banjir.
Tempat ini yg punya namanya Bu Dini, bu Dini ini memiliki toko juga. Suaminya juga baik jadi saya merasa aman di sana. Setelah semua urusan selesai saya dan teman saya guru SD kembali pulang ke Sunter, karena kita sudah ada janji acara perpisahan dg tim cabang Sunter di Mall Artha Gading. Pas waktu magrib kami sampai Mall Artha Gading lumayan ngebut juga karena jarak dari Taman Ratu ke Artha Gading lumayan jauh.
Di Mall Artha Gading kami nonton film yang dibintangi Angelina Jolie. Film action yg saya tidak ingat lagi judulnya itu penuh dengan adegan berdarah2. Sontak teman saya yg guru SD itu langsung menangis tersedu2 setelah film selesai. Katanya dia tidak bisa menonton film yang berdarah2 karena dia punya trauma dengan darah. Entah kenapa saat itu juga ada SUARA yang muncul yang mengatakan bahwa sepertinya guru SD tadi tidak bakal lama bekerja dengan si “MERAH”.
Saya tidak begitu memperhatikan SUARA yang baru saja saya dengarkan saat itu karena SUARA itu samar2 dan tidak jelas. Malam2 kami pulang ke kos masing2, saya berjanji ke teman2 tim Sunter bahwa suatu hari nanti saya akan kembali ke Sunter. Saya sudah menganggap tim Sunter seperti keluarga saya. Kantor cabang Sunter seperti rumah saya. Kebersamaan yang kami lewati bersama selam 3 bulan tidak bisa dilupakan begitu daja.
Kesuksesan kami tampil di acara tahunan yang diadakan si “MERAH” di gedung Garuda jalan Angkasa Kemayoran merupakan wujud keberhasilan dan kekompakan kami sebagai satu tim. Karena sudah malam saya mengantar teman saya guru SD yang masih tidak bisa melupakan pengalamannya satu hari itu dengan darah. Setelah mengembalikan motor ke teman saya guru SD yang lain saya pulang ke kos untuk istirahat.
Keesokan harinya saya kembali ke daerah Taman Ratu bersama teman saya guru SD yang perempuan. Pertanyaannya kenapa saya sering bersama dg teman saya guru SD yang perempuan karena dia juga dipindah tugaskan ke cabang Taman Ratu. Jadi kami survey tempat tinggal bersama, kali ini kami naik kendaraan umum dari Sunter ke terminal Pasar Senen naik metromini24. Dari terminal Pasar Senen naik kopami 12 ke arah Grogol. Dari Grogol kami naik lagi angkot biru 45 tujuan pasar kopro (yang saya tahu tulisan di papan namanya adalah pasar Tanjung Duren Barat). Kira2 habis ongkos Rp 6000,00 dari Sunter ke Taman Ratu.
Kali ini kami jalan kaki mencari tempat tinggal di sekitar cabang Taman Ratu. Kami ditemani tim depan di sana karena kami tidak tahu daerah sana. Setelah berputar2 kami tidak menemukan tempat yang diharapkan. Alhasil kami tetap dg pilihan pertama di hari Sabtu kemarin. Ok lah yang penting sudah survey dan tahu jalan menuju kantor, kami akhirnya pulang. Kali ini kami pulang ke Sunter untuk terakhir kalinya. Kemas2 barang karena akan pindah Senin pagi 2 Agustus 2010.
Kami berdua dianter guru SD yang motornya saya pinjam sebelumnya dg mobil APV kantor. Cukup lama saya menunggu teman saya guru SD ini karena dia sedang dalam perjalanan dari rumah saudaranya di daerah Tangerang. Setelah menyelesaikan proses pindahan, siangnya saya langsung bekerja. Masih ingat dalam benak saya shift 1 saya mengajar siswa kelas 10 SMA CC. Sebut saja namanya Erwin, dia baru lulus SMP dan belajar bab Vektor.
Dengan gaya saya mengajar saya jelaskan Erwin tentang proyeksi vektor ke sumbu-X dan sumbu-Y (teman2 masih ingat bagaimana caranya kan?). Nah masalah muncul di sini, kerutan kulit di wajahnya saat menerima penjelasan dari saya, ternyata kurang saya respon. Saya mengesampingkan pemahamannya tentang materi vektor yang saya jelaskan. Erwin kan baru lulus SMP apa dia bisa langsung mencerna penjelasan saya tadi ya?
Pertanyaan dalam diri tadi kurang saya respon karena setelahnya ada siswa yang belajar lagi. Erwin pun berlalu meninggalkan kelas dg ekspresi yang kurang paham sepertinya. Seiring waktu berjalan malam harinya jam 9 saat kami pulang, mama Erwin datang ke kantor cabang Taman Ratu. Mamanya Erwin ini komplain karena anaknya tidak paham ketika belajar Fisika. Saya yang mendengarkan keluhan mamanya Erwin karena belum pulang tersebut mencoba memahami permasalahan yang disampaikan.
Karena komplain dari mama Erwin ini membuat saya agak merubah gaya bicara saya yang terlalu ilmiah karena sepertinya tidak bisa diterima secara pas oleh siswa2 semacam Erwin ini. Karena kejadian ini pula saya melupakan lagi proyek buku pelajaran Fisika yang pernah saya buka lagi saat mengajar di Sunter. Karena setelah tiga bulan mengajar di Sunter saya baru bisa membeli laptop. Saya sudah berjanji setelah mempunyai laptop saya akan menyelesaikan proyek2 yang pernah saya tinggalkan sebelumnya. Akan tetapi, kejadian yang saya alami dg Erwin ini sepertinya telah mengubur angan-angan saya sebelumnya.
Kejadian langsung yang saya terima ini membuat saya melakukan koreksi diri. Apakah ada kesalahan yang saya lakukan saat mengajar? Saya bertanya juga ke senior apakah dulu saat saya mengajar di cabang Sunter, adakah yang mengeluh dengan cara pengajaran saya? Semua permasalahan dalam diri saya cari agar bisa saya perbaiki langsung. Saya juga sempat berdiskusi dg kekasih saya yang ada di Surabaya saat itu. Saya sering berdiskusi dengannya saat mendapat masalah di tempat kerja pertama saya di Gading Serpong dulu.
Di pagi hari kami pun sering mengaji bersama via telepon. Sebelum saya berangkat ke ibu kota saya sudah berjanji dengannya untuk selalu menjaga komunikasi meskipun kami terpisah jarak dan waktu. Pikiran tidak tenang masih muncul di hari ke2 mengajar di cabang Taman Ratu. Saya bertanya2 ke guru senior di sana bagaimana cara mengajari Erwin. Saya bertanya ke guru Matematika, ke guru Kimia masih belum ada jawaban karena sebelumnya Erwin belajar dg guru SMP. Saya bertanya ke guru SMP bagaimana cara mengajari Erwin, saya belajar banyak dari cara mengajar guru SMP. Saya bertanya juga ke koordinator cabang Taman Ratu saat itu.
Setelah menghadapi berbagai masalah pengajaran saya banyak belajar juga dari siswa2 di Taman Ratu. Materi inter yang saya pelajari saat mengajar di Sunter sangat bermanfaat di sini. Materi praktikum yang saya ajarkan ke adik tingkat ketika saya menjadi asisten dosen dulu sangat berguna di sini. Dan saat mengajari Erwin saya mencoba mengajar sebaik mungkin, tampil semaksimal mungkin memberikan ketulusan mengajar yang saya punya.
Hingga akhirnya saat pengumuman nilai Ujian Tengah Semester Erwin lapor kalau dia dapat nilai 100 karena apa yang dia pelajari dengan saya di kelas semuanya keluar pertanyaannya mirip2 mungkin Cuma beda angka saja katanya. Keminderan saya saat menerima komplain dari mamanya dan usaha saya mencoba menampilkan pengajaran yang terbaik lunas sudah. Rasanya hati ini tenang sudah saat mengajar. Setelah kejadian itu kepercayaan diri saya muncul kembali.
Saya dipercaya suatu kelompok siswa internasional seorang diri yang jumlahnya hingga belasan siswa. Meskipun mulut ini belepotan saat membaca soal yang mereka ajukan, ada salah satu siswa celetuk sudahlah kak bahasa Indonesia aja kita maklum kok. Memang kalian bisa memaklumi tapi diri ini tidak bisa terima masa iya saya yang sudah lulus s1 untuk urusan komunikasi bahasa Inggris kalah dengan anak SMP.
Ada perasaan malu juga, maklum semenjak SD saya mengenal bahasa Inggris saya belum pernah ikut bimbingan belajar Inggris berlevel2 demi memperbaiki cara berkomunikasi bahasa Inggris saya. Dengan kegigihan saya dan trial error saat mengajar, secara elegan saya pun sering bertanya ke siswa internasional yang saya ajari tentang suatu kalimat bahasa Inggris yang kami hadapi bersama. Di cabang Taman Ratu ini saya merasa ada pertumbuhan, dari guru yang lulus uji kompre dg nilai yang sepertinya kurang dan kemampuan bahasa Inggris yang kurang.
Setelah 1 tahun saya merasa sudah sangat menguasai pengajaran apa pun siswanya. Saya pernah dipercaya menjadi penanggung jawab sementara saat kepala cabang Taman Ratu harus istirahat karena ada sakit di bagian ginjalnya. Saya masih ingat saat itu malam2 saya harus menemui guru Matematika bersama guru SD. Kali ini adalah guru SD yang baru karena teman saya guru SD sebelumnya sudah tidak mengajar di Taman Ratu sepertinya suara yang saya dengar saat di Mall Artha Gading itu menjadi kenyataan.
Demi menanggung tanggung jawab dari si “MERAH” saya mengikuti pertemuan di kantor pusat di Sunter. Menyiapkan beberapa data siswa yang dibutuhkan. Saya masih ingat saat itu Maret 2011, saya pernah pulang ke Surabaya karena ada hari Sabtu yang libur. Tapi saya tidak sempat menyiapkan tiket untuk pulang. Saya nekat saja minta dianter tim depan ke stasiun Gambir. Saya berharap mudah2n masih ada tiket kereta ke Surabaya. Sesampainya di stasiun Gambir semua tiket sudah terjual habis. Saya pun tidak bisa pulang naik kereta.

Setelah bertemu dg beberapa calon penumpang yang tidak bisa pulang kami sepakat untuk bersama2 menyewa mobil. Tapi sepertinya ini pengalaman perjalanan pulang yang harusnya tidak saya lakukan. Karena bisa teman2 bayangkan melalui jalur darat menggunakan mobil melalui jalur pantura yang jalannya tidak layak. Kami hamper 12 jam berada di mobil sampai di kota Semarang. Di Semarang saya Tanya ke petugas stasiun, berharap masih ada tiket kereta ke Surabaya. Alhamdulillah masih ada, saya pamitan ke sopir mobil yang kami sewa tadi karena sopirnya mau kembali ke Jakarta.
Ini pengalaman baru yang saya alami, setelah biasanya pulang ke Surabaya dg lancer kali ini ada pengalaman baru. Di perjalanan ke Semarang mobil yang kami sewa sempat berhenti solat subuh setelah keluar tol Cikampek. Di tempat pemberhentian saya sempatkan membeli boneka anjing kutub yang lucu untuk oleh2 buat kekasih saya di Surabaya. Di stasiun Semarang saya pun menyempatkan memberikan donasi ke LSM swasta yang bergerak di bidang lingkungan hidup.
Ternyata perjalanan pulang saya yang tidak mengenakkan ini bisa memberikan cerita tersendiri. Saya masih ingat saat perjalanan pulang ke Surabaya ditanyai bu Yati nomor rekening saya berapa. Karena bu Yati berjanji mau mengganti uang transport saya saat datang ke kantor pusat menggantikan kepala cabang saya yang sedang sakit. Saya bilang ke bu Yati untuk tidak perlu mengganti uang saya karena saya ikhlas melakukannya. Toh saya dapat ilmu baru di bulan Maret 2013.
Saya bisa belajar yang namanya tanggung jawab terhadap keberlangsungan cabang. Dari data siswa, target pencapaian cabang, memastikan kinerja tim guru dan tim depan. Bayangkan coba tiap pagi saya harus report ke bu Yati apa yang harus saya lakukan untuk cabang. Malamnya saya harus report lagi apa yang sudah saya lakukan dan apa saja yang dicapai cabang hari itu. Kegiatan yang belum pernah saya lakukan karena untuk urusan mengajar siswa SMP dan SMA seorang diri membuat saya kelelahan juga.
Masih di bulan Maret setelah kepala cabang saya sehat dan kembali bekerja kami kedatangan guru Matematika baru (sekarang menjadi istri Kepala Cabang Sunter 2 dan telah dikaruniai seorang putra). Saya yang dimintai tolong mencarikan tempat tinggal menawarkan kamar sebelah saya yang masih kosong. Tapi pada akhirnya dia memutuskan untuk tetap tinggal di tempat sebelumnya di kelapa Gading karena tiap harinya diantar jemput kekasihnya yang juga guru Matematika di cabang Puri Indah.
Kembali dengan pekerjaan, jam mengajar yang lumayan tinggi membuat saya lupa dg proyek saya dulu. Apalagi saya didelegasikan cabang untuk memberikan presentasi saat ada pertemuan antar cabang di cabang Muara Karang. Saya didelegasikan juga mengikuti pelatihan calon koordinator cabang di cabang Kelapa Gading 1 (Boulevard Barat). Banyak hal yang saya lakukan di awal 2011 itu. Hingga tanggal 24 April 2011 saat ulang tahun saya yang ke 23 saya rayakan bersama tim Taman Ratu. Saya merasa sudah menyatu seperti keluarga bersama tim Taman Ratu.

Di acara tahunan si “MERAH” bulan Juni 2011 di gedung Grand Gajah Mada di lantai paling atas Mall Gajah Mada, saya di percaya Management si “MERAH” untuk menjadi music director setelah melihat aksi saya bersama tim Sunter di acara tahunan 2010 sebelumnya. Masih di tahun 2011 kira2 bulan Juli setelah acara tahunan senior saya dulu pindah ke cabang Taman Ratu karena mau ambil double degree di sebuah Perguruan Tinggi Swata yang sangat terkenal di daerah Jakarta Barat.
Senior bersama guru SD hendak mencari tempat tinggal, kebetulan ada satu kamar di depan kamar saya yang sedang kosong. Saya tunjukkan tempatnya tapi saya tidak bisa membantu kepindahannya karena malam saat dia pindah saya masih ada dalam perjalanan dari Surabaya. Maklum meskipun kerja di Jakarta tapi kerinduan dg orang tua dan kekasih di Surabaya tidak bisa dihindarkan. Komunikasi via ponsel sepertinya kurang pas kalau tidak bertemu secara langsung.
Setelah senior dan guru SD memutuskan untuk tinggal di tempat yang saya tawarkan kami sering masak makan siang dan bekal untuk makan malam bersama. Alhamdulillah di kamar saya ada kompor, alat untuk penanak nasi, panci, penggorengan lengkap dengan bumbu dan minyaknya. Kami sering belanja pagi bersama tapi tidak dg senior, sepertinya aktivitas kampus telah menguras energinya maklum dia ambil double degree.
Pernah juga di suatu pagi di hari Sabtu karena kalau Sabtu kita masak pagi, senior mencoba untuk menebus rasa bersalah yang tidak pernah memasak tapi ikut makan. Senior memasakkan kami nasi goreng. Perlu teman2 ketahui ini adalah nasi goring teraneh yang pernah kumakan. Betapa tidak sudah minyaknya pakai margarin, bumbunya sudah komplit masih ditambah garam yang banyaknya bukan main. Dan bisa dirasakan betapa asinnya nasi goreng tersebut. Senior yang tidak kehabisan akal ya sudah kalau asin cuci aja dg air dia bilang. Dia katakana ini adalah nasi goreng kuah.
Benar2 gila baru kali ini saya tahu kalau ada nasi goreng yang sangat asin ada kuahnya dan kuahnya adalah air putih biasa. Benar2 pengalaman aneh yang tak bisa kami lupakan. Teman2 yang saya ceritai pun tertawa geli sampai terpingkal2 mendengar pengalaman memasak kami. Hari2 memasak bersama terus kita lewati sampai akhirnya senior dan guru SD tadi memutuskan untuk mencari tempat tinggal yang lebih murah yang lebih dekat dengan kantor.
Tahun 2011 adalah tahun penuh perubahan dalam hidup saya. Pada tahun ini orang tua kekasih saya mengundang orang tua saya untuk membicarakan hubungan saya yang sudah lebih dari 2 tahun. Kami jadian Minggu 25 Januari 2009 satu hari setelah saya mengantarnya pulang dari kosannya di dekat kampus C Mulyorejo Unair. Saya masih ingat saat itu saya KKN di kelurahan Benowo dan dia KKN di kelurahan Lidah bersama teman Lab saya di bidang Fisika Teori.

Pada hari raya saya sekeluarga berjanji akan menemui kelauarganya. Saat itu ayah saya yang budaya jawanya sangat kental menanyakan hari kelahiran kekasih saya itu. Setelah ayah saya hitung2 sepertinya tidak cocok kalau hubungan ini diteruskan. Sampai di rumah orang tuanya, orang tuanya meminta agar hubungan kami diresmikan ke jenjang pernikahan paling lambat akhir tahun 2011. Ini adalah keputusan yang sulit bagi saya, saya yang belum siap lahir dan batin didesak orang tua kekasih saya untuk menikahi putrinya tapi saya tidak punya nyali.
Orang tua saya berpesan bahwa adik saya masih banyak yang sekolah dan masih butuh biaya sekolahnya. Saya yang masih belum siap masih ingin menabung terlebih dahulu. Orang tua kekasih saya yang tidak sabar menunggu ingin segera melihat putrinya menikah. Orang tua saya yang sudah ikhlas merelakan jika kekasih saya ingin segera menikah meskipun dengan orang lain.
Masih terasa sakit rasanya menerima kenyataan hidup ini. Dan pada bulan September, bu Yati dan pak Hindra mengunjungi kantor cabang Taman Ratu untuk memberikan penguatan kepada tim sehingga kami dapat mencapai target saat itu. Ini cerita saat pak Hindra mengajarkan kami meyakini KEKUATAN dan IZIN TUHAN kemudian percaya pada potensi diri yang kemudian membuka respon panca indera saya terhadap kejadian2 yang akan datang.
Saat itu pula secara spontan bu Yati yang melihat kelas saya yang dipenuhi dengan tempelan profil peraih hadiah Nobel, langsung berkata sepertinya kamu cocok menjadi tim litbang di pusat. Kata2 yang tidak saya anggap serius karena bu Yati dulu pernah berkata saat bekerja di si “MERAH” jangan pernah percaya dengan janji2 manis siapa pun yang mengatakan kalau tidak ada hitam di atas putih sekalipun itu bu Yati sendiri.
OK minggu2 terakhir di cabang Taman Ratu saya lewati dengan bahagia. Di suatu hari kepala cabang saya mengajak bicara di ruangan kerjanya. Saya yang saat itu masih belum banyak pengalaman menjadi penguji kompre dan masih terngiang2 kata2 bu Alfi dulu saat masih di Sunter yang mengatakan bahwa perbaiki cara mengajarmu dulu sebelum menjadi penguji.
Saat itu kepala cabang saya menawari sebuah posisi di pusat sebagai tim litbang. Ada perasaan kaget, ada perasaan bangga, ada perasaan yang kesampaian juga setelah penantian panjang 1 tahun lebih mengajar di Taman Ratu akhirnya dipanggil juga ke pusat. Akhirnya saya bisa memenuhi janji saya dengan teman2 di Sunter.
Sebelum pergantian tahun saya mentraktir makan siang di hari Sabtu teman2 kantor cabang Taman Ratu di rumah makan cepat saji di Gang Macan. Saya melihat mereka sebagai tim yang luar biasa betapa tidak awal tahun siswa di cabang kami yang hanya 100an di akhir tahun bisa mendekati angka 190an sedikit lagi 200 pikirku. Saya tidak rela juga berpisah dg mereka, tapi saya berjanji suatu hari nanti kita pasti bersama2 lagi. Saya masih ingat betapa kompaknya kami sepulang kantor di Sabtu siang untuk berkaraoke ria di suatu tempat di Jalan Panjang.

Tepat awal Januari 2012 secara resmi saya menjadi tim litbang di pusat, Sunter Jakarta Utara. Awal kali mengikuti rapat tim litbang saya merasa sangat pusing karena sudah lama tidak terbiasa dengan rapat yang kebanyakan retorika. Saya lebih suka langsung aksi dari pada melakukan rencana tapi tidak terlaksana. Training pertama saya adalah melanjutkan training bu Lia yang merupakan calon guru cabang Alam Sutera.
Masih di bulan Januari 2012 saya merasakan kehilangan untuk pertama kalinya di tahun itu. Orang yang paling saya hormati di kampus selaku bendara IKOMA telah meninggal dunia. Saya yang masih berhubungan dengan kekasih saya mengunjungi rumahnya untuk berbela sungkawa. Namun entah karena takdir, setiap kali kami melakukan ziarah bersama, sepulangnya kami selalu bertengkar.
Pernah dulu tahun 2009 saat masih kuliah saat kekasih saya mengajaknya melakukan ziarah ke kuburan mantannya yang meninggal akibat kecelakaan pulang dari sana kita bertengkar hebat. Kali ini kami bertengkar lagi, sampai2 kami tidak bisa merayakan 3 tahun berlangsungnya kebersamaan kami.
Selang beberapa hari saya mendapati guru trainee cowok, tapi setelah saya training selama 3 hari guru tersebut mengundurkan diri. Pernah juga saya mentraining guru baru, tapi hari pertama saya ajarkan bab Magnet guru tersebut langsung mengundurkan diri. Saya juga pernah mentraining guru cewek saking percayanya saya pinjami dia kalkulator tapi betapa tidak hormatnya dia tidak melanjutkan training sambil membawa kalkulator saya.
Beberapa bulan kemudian di Maret 2012 kekasih saya melalui pesan singkat mengajak baikan. Saya tidak tahu kalau dia sebenarnya sudah dilamar orang dan mungkin ingin melepas kerinduannya dengan saya sebelum dia menikah nanti.
Guru yang pertama kali lulus dalam training saya bisa ditempuh selama 4 minggu akan tetapi ada kesalahan yang saya buat ketika 1 hari menjelang kompre saya tidak lagi mengecek syarat kelengkapannya. Pak Ayub yang mengetahuinya menegur saya dan memastikan semuanya terpenuhi malam itu juga. Saya yang kehabisan akal akhirnya menemani guru yang akan kompre ini di tempat kosnya. Sepanjang perjalanan pulang dari kantor, guru ini selalu ditelpon orang tuanya. Saya baru tahu mungkin ini yang membuatnya tidak konsentrasi training.
Betapa tidak guru ini saat tes minggu pertama mendapati nilai yang sangat baik tapi nilainya terus menurun di minggu2 berikutnya. Setelah dia menerima telepon dari orang tuanya dan menyelesaikan syarat kelengkapannya saya bilang kepadanya. Kali ini saya mengatakan kepada orang lain mengenai SUARA yang saya dengar. Saya berpesan kepadanya bahwa dia tidak akan berhasil di ibu kota kalau masih berada di bawah pengawasan orang tua. Saya katakan padanya yang seorang laki-laki bahwa dia harus bisa mandiri lepas dari orang tua jika ingin sukses.

Dia yang hanya mengiyakan pesan saya ini ternyata tidak menganggapnya serius. Terbukti 3 bulan setelah kelulusan komprenya beberapa hari setelah acara tahunan Juni 2012 dia pulang ke rumah orang tuanya meninggalkan si “MERAH”. Banyak sekali pengalaman saya mentraining guru yang sepertinya tidak bisa saya ceritakan satu persatu. Mungkin suatu hari nanti akan saya ceritakan jika ada banyak orang yang meminta.
Pengalaman saya yang lain adalah saat berinteraksi dg tim litbang yang lain. Di bulan2 pertama bekerja dg tim litbang saya merasakan ketidakcocokan dg litbang SD dan kimia saat itu. Tapi tidak pernah saya ceritakan karena saya ingin menjaga tali silaturahmi. Namun perasaan ini menjadi kenyataan saat keduanya meninggalkan si “MERAH” hampir bersamaan di bulan Juni 2012.
Guru cabang Sunter yang menggantikan dua personel litbang tadi sepertinya juga saya rasakan ketidakcocokannya di awal mereka bergabung. Ini kembali menjadi kenyataan saat litbang Kimia yang baru meninggalkan si “MERAH” di akhir tahun 2012 dan saya dengar sekarang mengajar di daerah Harapan Indah Bekasi. Saya merasakannya dari sakit vertigo yang dideritanya, kebenciannya terhadap kecoak semakin menguatkan SUARA yang saya dengar jika dia tidak akan lama dengan si “MERAH”.
Tahun 2012 merupakan tahun yang penuh dengan kehilangan bagi saya. Pada 24 April 2012 saat ulang tahun saya yang ke 24 saya pulang ke Surabaya karena saat itu adalah hari pengurusan e-KTP di kantor kecamatan. Saya ke Surabaya dan merayakan ulang tahun saya bersama dengan keluarga di rumah makan tempat saya merayakan wisuda saya dulu. Tapi kali ini berbeda, sepanjang hari itu saya tidak mendapati komunikasi dari kekasih saya. Bahkan kekasih saya terlambat mengucapkan kata selamat ulang tahun.
Dia bilang kalau orang tuanya sudah menerima lamaran dari orang lain dan dia akan segera menikah. Sehingga malalui pesan singkat dia meminta agar kita tidak berhubungan lagi. Betapa sakitnya hati ini mendapatkan kado pahit diputus kekasihnya sendiri. Ditinggal menikah oleh kekasihnya saat ulang tahun yang ke 24. Rasanya ingin marah tapi ada SUARA yang mngatakan bukankah ini yang saya inginkan.
Untuk mencari pelarian atas kesendirian saya, saya kembali dekat dengan anak Lumajang yang pernah saya temui di kereta saat saya pulang dari Surabaya ke Jember 2006 dulu. Saya tahu kalau dia ada di Jakarta tapi saat itu dia tinggal di Jakarta Timur. Dan setahu saya dia sudah punya kekasih jadi saya tidak begitu memperhatikannya dulu saat saya pertama kali ke ibu kota.
Kali ini kakaknya mengajaknya dan orang tuanya untuk tinggal di daerah Jakarta Utara, karena kakaknya bekerja di daerah Jakarta Pusat. Cukup jauh katanya dari Jakarta Timur ke Jakarta Pusat. Karena dia pindah tempat tinggal di mengundurkan diri di tempat kerja yang lama dan hendak mencari kerja di daerah Jakarta Utara yang dekat dengan tempat tinggalnya.

Saya sering mengantarnya melamar pekerjaan di beberapa kantor. Dia pun mau mengantar saya ke rumah sakit, padahal dia tidak bisa lama2 di rumah sakit. Ternyata kepaksaannya mengantar saya ke rumah sakit itulah yang memunculkan adanya SUARA yang mengatakan agar saya tidak terlalu dekat dengannya. Saya masih dekat dengannya hingga dia diterima bekerja di salah satu cabang punya Pak Hindra tapi bukan si “MERAH” kali ini yang lembaga bahasa.
Kami sering jalan bersama, makan bersama dan liburan bersama. Merupakan teman yang tepat saat saya sendirian. Sampai suatu ketika dia memutuskan untuk pulang ke Lumajang dan dia mengundurkan diri dari tempatnya bekerja kami tidak pernah bertemu lagi. Paling dia pernah mengirim pesan singkat saat dia bilang telah kembali ke Jakarta lagi. Tapi kali ini tidak lagi saya tanggapi karena dia akan menikah dengan kekasihnya yang baru.
Di bulan Juli dan Agustus saya sempat dekat dengan teman sekantor di si “MERAH”. Dia berada di divisi accounting dan masi kuliah di perguruan Tinggi Swasta dekat dengan kantor. Di kesendirian saya pada tahun 2012 saya sering makan, nonton, jalan dan liburan bersamanya. Pernah juga kita solat malam bersama di bulan Puasa. Jalan pagi dan sarapan pagi bersama, saya merasa dia merupakan teman yang tepat saat saya sendiri.
Tapi SUARA itu muncul saat saya ketahui dia punya sakit yang berkepanjangan di daerah kaki. Dia bilang sudah sering minta obat ke dokter tapi tidak sembuh2. Saya sampai kepikiran dengan penyakitnya dan sempat juga mengajarkan suatu doa kepadanya agar dia bisa sembuh. Tapi suatu ketika bukan lagi SUARA yang saya dengar melainkan suatu PENGLIHATAN. Di suatu waktu dia berada pada kondisi yang berlumuran darah di daerah sekitar perut dan tidak bernapas lagi.
Masih ingat saya saat itu tanggal 1 September 2012 saat ulang tahun Pak Hindra dan kantor si “MERAH” mengadakan training bagi karyawannya yang telah berkeluarga. Sepertinya ini merupakan kebersamaan saya yang terakhir bersamanya. Karena pulang nonton dari Lapiazza Kelapa Gading kami bertengkar hebat. Saat itu dengan kesal dia bilang bahwa takkan mudah bagi saya merubah kehidupannya begitu saja.
Perasaan kesalnya pada saya itulah yang membuka PENGLIHATAN saya terhadapnya kelak. Dan itu semua terbukti di 6 November 2013 kalau saya tidak salah tanggalnya, dia meninggal dunia dan saya tidak sempat melihat dia untuk yang terakhir kalinya. Saya sempat frustasi dengan SUARA dan PENGLIHATAN yang saya terima ini.
Pernah suatu hari saya memperingati ci Ila (koordinator CC di kantor pusat) saat dia membuka paying di dalam kantor. Saya ingat payung itu merupakan hadiah yang akan diberikan ke karyawan si “MERAH” di acara tahunan Juni 2013. Selang beberapa hari terdengar kabar kakak dari Pak Ayub (atasan saya) meninggal dunia. Pernah juga di suatu hari saya melihat payung terbuka lebar di rumah kos saya di Sunter, saat itu sepertinya bu Alfi memasang foto ayahnya di akun jejaring sosialnya. Dan selang beberapa hari kemudian ayahnya meninggal dunia.
Sementara litbang SD yang baru meninggalkan si “MERAH” di Mei 2013 mengajar di sebuah sekolah menjadi guru Sains SMP. SUARA tentangnya saya dengar saat dia jatuh sakit setelah ikut liburan tim litbang di Taman Mekarsari Cileungsi Bogor 22 September 2013. Dia yang kecapekan sampai harus dirawat di rumah sakit. Dari cerita teman saya dengar sekarang dia mengajar dan mendapatkan fee yang lebih layak.
Ketidakcocokan juga timbul dg litbang SMP, beliau yang satu ini sudah saya kenal sejak saya mengajar di cabang Sunter. Kami sering berbeda pendapat, tapi saya menganggapnya wajar karena pola piker kami yang memang berbeda. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk menikah dan saya merasa dia tidak lama lagi bersama si “MERAH”. Dan memang benar Juni 2013 dia meninggalkan si “MERAH”.
Ok lah teman2 saya cukupkan cerita saya bersama dengan si “MERAH”, SUARA dan PENGLIHATAN yang saya terima makin hari makin jelas saja. Saya berharap bisa memperoleh SUARA dan PENGLIHATAN yang baik2 saja seperti dapat rumah atau mobil. Saya pernah mengatakan ini ke teman kantor saya yang telah meninggal, berdoalah meminta mobil jaguar atau Mazda karena saat jalan2 di Mall Artha Gading sedang ada pameran mobil. Tapi sampai sekarang belum kesampaian juga.
Ok tulisan berikutnya akan saya ceritakan kisah menarik saya dengan teman SD-SMP-SMA saya yang kami menyebutnya JEMBER RANTAU. Akan saya ceritakan petualangan apa saja yang pernah kita lalui bersama. Tunggu besok ya.
OK. Akhirul kalam klo ada kebaikan semua itu datangnya dari Allah swt kalaupun masih banyak kekurangan pada tulisan saya itu semua tidak lepas dari kemampuan saya yang masih minim dan masih belajar untuk menulis. Jika lau banyak kesalahan itu semua karena saya manusia biasa yg tak lepas dari khilaf. Wabilatufik walhidayah. Wassalamualaikum Wr. Wb

Bersama si Merah (Bagian ke 2)

Halo sobat pembaca blog edukatif abad ini. Kali ini cerita saya kembali lanjutkan berkisar kehidupan saya bersama si “MERAH”. Sebelum saya ceritakan kepindahan saya ke cabang Taman Ratu, saya ceritakan terlebih dahulu awal pertemuan saya dengan owner (President Director) dari si “MERAH” yaitu Bapak Hindra Gunawan. Pertemuan ini bermula saat saya masih training di cabang Muara Karang. Di suatu malam, saya tidak ingat hari apa, tapi yang pasti tiba-tiba hadir sesosok pria yang menurut saya berparas baik dan berhati baik. Tiba-tiba pria ini mengajak saya bersalaman dan menanyakan nama saya. Spontan saya perkenalkan diri nama saya Rosyid Adrianto.

Akan tetapi, bodohnya saya tidak balik bertanya siapa nama pria tsb. Sepulang kantor saya bertanya-tanya siapa pria tadi. Kuberanikan diri tuk bertanya kepada pak Aris (Koordinator Cabang Muara Karang saat itu). Pak Aris tidak mengatakan secara langsung tapi pak Aris menjawab beliau adalah bos nya Bu Yati. Dalam hati “Oh My God itu tadi yang punya si “MERAH” bego banget saya saat itu”. OK pertemuan singkat tersebut yang entah mengapa membuat saya merasakan energi baru saat saya bekerja dg si “MERAH”.

Energi dalam si “MERAH” ini lah yang membuat saya seperti memiliki KEKUATAN. Semacam KEKUATAN aneh yg belum bisa saya pahami secara pasti. Pertama saat acara tahunan bulan Juni 2010 di gedung Garuda jalan Angkasa, Kemayoran, tiba-tiba saya menjabat tangan Pak Sukarno, yang mana sore harinya diumumkan pak Sukarno pindah tugas ke Cabang Sunter. Kedua secara samar2 saya bisa merasakan hal baik dan buruk yang akan terjadi pada saya. Paling sering saya melihat isi dompet yg uda tipis, tiba-tiba ada yang memberi uang.

Pernah jg kelaperan di kosan tiba-tiba yg punya kos ngasih makanan. Itu kejadian yg bagus, ada jg kejadian yg tidak bagus, tepatnya di bulan April 2014 kemarin. Di suatu malam saya dibangunkan oleh pak Kos yg telah menyelesaikan proyek jalan di rumah Sunter Agung Barat. Katanya ada kelebihan rejeki, saya diberi selembar uang kertas merah, malam itu pula ada suara samar pada telinga yg memberi tahu untuk jangan diterima. Tapi tetap saja saya terima karena tidak enak, dalam hati perasaan tidak tenang seperti akan ada yang hilang. Selang beberapa hari seingat saya hari Selasanya seperti biasa pulang kantor beli minuman di pasar malam Kemayoran.

Biasanya saya beli minuman tanpa mengeluarkan dompet karena uangnya sudah saya persiapkan di kantong. Tapi namanya sudah lupa malam itu saya keluarkan dompet di tengah keramaian pasar malam. Setelah membeli minuman, coba putar2 jalan kemayoran melihat proyek jalan yang baru dikerjakan dinas PU Jakarta. Nah saat melewati sebuah jalan di depan apartemen Kemayoran yg macet saya mengendarai pelan2 motor saya. Kemudian serasa ada pengendara lain yg mendekati, entah dompet saya yg keluar dari saku celana atau jatuh. Saya merasa ingin sekali mengejar pengendara tadi, tapi tiba-tiba niat itu urung saat melewati perempatan Jubilee School karena saya hendak belok kiri ke kosan, sementara pengendara tadi belok kanan. Apesnya saat tiba di depan kos, pagar kos tertutup. Mau tidak mau saya turun dari motor dan tangan meraba saku celana, celakanya saya merasa dompet saya telah hilang.

Langsung saya gas motor saya kembali memutari jalan yg saya lewati tadi. Berharap menemukan kembali dompet saya yg hilang. Tanya kepada penjual minuman tempat saya biasa beli, dan tanya orang di pinggir jalan. Tapi tidak ketemu juga. Seingat saya itu antara jam 21.30 – 22.0 kehilangannya. Sampai saya jalan kembali ke kosan, sesampainya di kosan saya bertemu dengan pak Kos dan minta tolong untuk membantu saya mencari dompet saya yg hilang.

Kami berputar2 mengelilingi jalan pasar malam Kemayoran. Bertanya kepada petugas setempat dan laporan kehilangan dompet. Berharap ada yg mengembalikan. Kami terus mencari pelan2 menyusuri jalanan malam yg cukup gelap di sana-sini. Sampai kami kembali ke kosan jam 11 malam. Saya sangat putus asa saat itu dan tak tahu lagi harus berbuat apa. Saya pasrahkan semuanya pada Yang Maha Kuasa, berharap Allah mengembalikan dompet beserta isinya. Maklum beberapa hari sebelumnya saya baru saja ambil uang di ATM saat hendak menghadiri resepsi pernikahan teman di si “MERAH”.

Sampai di kamar kos saya pasrah, ambil air wudhu. Solat sambil menangis, berdoa berharap dompet saya kembali karena isinya adalah surat2 berharga yg hanya mungkin bisa saya urus kembali jika saya pulang ke Surabaya. Tak terbayangkan banyaknya biaya yg harus saya keluarkan jika saya kehilangan surat2 tersebut. Semalaman saya berdoa sampai tak ingat tertidur jam berapa. Paginya jam 7 saya siap2 laporan ke kantor polisi setempat. Lapor bahwa saya kehilangan dompet beserta surat2 di dalamnya.

Setelah dibuatkan surat kehilangan saya bilang ke petugas di kantor polisi tersebut bahwa saya tidak punya apa-apa dan maaf saya tidak bisa memberi apa-apa. Beruntung petugas memahaminya. Hebatnya lagi di pagi hari itu banyak orang yang mengurus surat kehilangan. Setelah mengurus surat kehilangan saya ingin mengurus kartu ATM saya di bank yang dekat kosan saya. Karena Bank buka jam 8 pagi saya pulang dulu menunggu di kosan.

Nah saat menunggu di kosan saya seperti sadar dan tidak sadar karena masih kecapekan, tiba-tiba HP saya berbunyi. Saat saya angkat terdengar suara Pak Reza orang Maxindo yang menanyakan apakah saya kehilangan dompet. Pak Reza bilang ini ada Ibu Wati yang menghubunginya karena menemukan dompet. Langsung saya telepon nomor yang diberi Pak Reza dan menghubungi Ibu Wati. Setelah sekian bertelepon Ibu Wati bilang saat itu jam 7.45 sedang bekerja di kantornya di daerah Mangga Dua. Dengan motor saya langsung meluncur ke daerah Mangga Dua.

Alhamdulillah masih ada orang baik yang mau mengembalikan dompet saya. Sesampainya bertemu dg Ibu Wati saya lihat kartu dan surat2 berharga dalam dompet saya masi lengkap. Hanya saja uang yg baru saja saya ambil sudah tidak ada. Ironisnya setelah menerima selembar uang MERAH saya kehilangan 10 lembar uang MERAH. Sangat ironis, kembali saya bilang ke Ibu Wati mohon maaf tidak bisa memberi apa2, uang untuk bayar parkir saja tidak ada.

Beruntung Ibu Wati bisa memakluminya, saya berjanji suatu hari nanti pasti akan membalas kebaikan Ibu Wati. OK itu cerita kehilangan dompet. Ada lagi cerita tragis yang lain masih di bulan April tepatnya malam pergantian 27 ke 28 April 2014. Siangnya saya jalan2 ke sebuah tempat perbelanjaan karena paginya saat sarapan mie ayam saya lihat ada brosur diskon barang ini itu. Saya ingin sekali membeli kasur angin untuk kamar kosan saya.

Di tempat perbelanjaan itu saya kaget setengah mati karena ternyata di tempat itu dijual pula kursi roda. Malamnya saya diajak ngopi dg teman2 SMP-SMA saya dulu. Saya sempat ragu2 saat hendak berangkat ke tempat kedai kopi. Ada suara samar yg bilang sudah tidak usah berangkat dari pada rempong. Tapi tetap saja saya berangkat. Saat pulang pun saya merasa untuk mengamankan HP saya dalam tas tidak mengantunginya seperti biasanya dalam celana.

Saat pulang saya mencari rute jalan yg sepi berharap bisa sampai kosan dg cepat karena sudah jam 23.30 malam. Di jalan raya sekitar halte Busway daerah Rawamangun cukup kencang saya melajukan motor. Saat di lampu merah secara samar saya mendengarkan suara tuk memperingati saya agar mengendarai motornya pelan2 saja toh uda malam g bakalan macet. Tapi dasar saya tidak bisa melihat jalan sepi tetap saja melajukan motor dengan cukup kencang.

Alhasil di suatu titik terlihat dari kejauhan ada mobil yang akan putar balik. Saya yang sebelumnya ada di lajur kanan karena melajukan motor cukup kencang pindah ke lajur kiri. Tapi bukannya mengerem saya malah menambah gas motor. Nah saat memutar gas motor saya tidak melihat jalan yang saya lewati ternyata berlubang parah dan sangat panjang. Saya yang dg kondisi motor cukup kencang tidak bisa menyeimbangkan motor yang berkali2 goyang karena jalanan yang tidak rata itu sangat panjang kira2 hampir 50 meter.

Setelah bergoyang2 berkali2 di atas motor yg masih cukup kencang saya tidak kuat lagi dan saya jatuh. Saya jatuh seperti pembalap moto gp dengan motor dan badan sudah terpisah lalu masing2 terseret kira2 50 meter. Saya masih bisa bangun sendiri tapi tidak cukup kuat mengangkat motor saya, karena sepertinya ada memar di tangan saya. Lutut kanan saya rasanya perih juga, tapi saya paksakan plg malam itu juga. Alhamdulillah saya mengenakan jaket angkatan si “BIRU” jadi tangan saya tidak terluka parah. Tapi celana saya terlihat sobek di sana-sini. Kata orang yang menolong saya malam itu sudah ada 5 pengendara motor jatuh di tempat yg sama.

Saat pulang dg pelan2 (kelajuan rata2 20 km/jam) saya mengendarai motor dg kondisi perih di kaki dan tangan saya. Sampai di kosan saya masuk kamar mandi, membasuh semua luka dan membersihkannya dg obat luka. Paginya ingin saya tidak berangkat kerja, akan tetapi ada kewajiban yang harus saya selesaikan terlebih dahulu. Yaitu uji kompre seorang Guru Fisika yang harus diulang karena di pertemuan sebelumnya belum tuntas.

Sebelum berangkat kerja saya sempatkan terlebih dahulu mengirim motor saya ke bengkel motor langganan di Sunter. Saya minta agar motor saya diperbaiki, karena hancur lumayan parah di bagian depan. Saat berangkat ke kantor saya jalan kaki ke halte Busway SMP 140. Saat berjalan kaki saya hanya bisa menyeret2 kaki kanan saya yang sangat perih. Dan saat naik turun tangga saya tidak bisa menekuk kaki kanan saya karena sakitnya di daerah lutut.

Setelah urusan kantor selesai saya minta ijin ke Bu Alfi (HRD Manager) untuk pulang terlebih dahulu dan berobat ke rumah sakit yang biasa saya datangi. Namun karena kasihan akhirnya bu Alfi yang mengantar saya ke rumah sakit sampai saya dianter pulang ke kosan. Di rumah sakit saya didorong bu Alfi menggunakan kursi roda, kursi roda yang saya lihat di tempat perbelanjaan satu hari sebelumnya. Saya yg biasanya hanya mendengar suara samar2 kali ini apa yang saya lihat menjadi kenyataan. Sungguh KEKUATAN aneh yg belum bisa saya pahami.

Bekerja dg si “MERAH” bagaimana mungkin KEKUATAN yg saya rasakan tambah hari tambah kuat saja. Mungkin dulu saat saya di Surabaya atau saat masih belajar di Jember sempat merasakan KEKUATAN ini secara samar2 tapi tidak senyata ini. Setelah saya coba renungkan berhari2 saat saya istirahat di rumah karena sakit saya mencoba flash back beberapa peristiwa. Saya ingat saat saya dipindahkan ke cabang Taman Ratu, suatu hari (saya tidak ingat lagi tanggal berapa) cabang tsb kedatangan Bapak Hindra Gunawan dan Ibu Yati.

Di kedatangannya tersebut kami dimotivasi sedimikan hebatnya agar cabang tsb bisa mencapai target bulanan. Di suatu sesi pak Hindra mengajak kami untuk mngangkat kedua tangan dan melihat tangan mana yang lebih panjang. Saya katakan tangan kanan saya lebih panjang. Kemudian pak Hindra bilang bagi siapa yang tangan kanannya lebih panjang katakan dalam hati dg izin Tuhan agar tangan kirinya menjadi lebih panjang. Atau sebaliknya barang siapa yang tangan kirinya lebih panjang katakan dalam hati dg izin Tuhan agar tangan kanannya menjadi lebih panjang. Bagi teman2 pembaca yg tidak percaya bisa membuktikan sendiri.

Hanya saja teman2 harus mengatakan dalam hati agar teman2 masuk terlebih dahulu dalam kondisi penuh kekuatan tanpa batas atas izin Tuhan berkali2. Penuh percaya bahwa KEKUATAN itu hadir atas kuasa TUHAN. Saya yg tidak banyak berpikir mengikuti saja apa instruksi dari Pak Hindra Gunawan. Nah instruksi singkat inilah yang sepertinya mengaktifkan KEKUATAN bawah sadar saya untuk menerima semua informasi yang mungkin ditangkap oleh panca indera saya.

KEKUATAN ini berlanjut makin kuat saja. Saat kecil saya bisa merasakan kematian orang yang saya kenal saat melihat ada payung yang dibuka di dalam rumah. Tapi saya tidak bisa memastikan kapan dan siapa yang akan meninggal serta karena apa. Tapi itu terjadi semua saat Oktober 2001 adik saya bermain payung dalam rumah akibatnya beberapa hari kemudian budhe saya (kakak perempuan tertua dari ayah saya) meninggal dunia.

Berikutnya 2003 juga mirip kali ini saya melihat payung terbuka di dalam rumah saya di Jember saat itu hanya saja saya tidak tahu siapa yang membukanya. Dan beberapa hari kemudian keluarga kami dikabari bahwa budhe saya (kakak perempuan kedua dari ayah saya) meninggal dunia. Peristiwa lain Di 6 Desember 2003 beberapa hari setelah hari raya Idul Fitri nenek saya (ibu dari ibu saya) meninggal dunia di usia 70 tahun. Kejadian ini membuat saya merasa benar2 kehilangan orang penting. Bagaimana tidak hampir setiap liburan saya sekeluarga selalu berliburan di rumah nenek di Mojokerto.

Malam harinya saat saya sekelurga pulang kembali ke Surabaya sebelum pulang ke Jember, entah mengapa saat berpamitan dg nenek saya seperti tidak rela untuk pulang. Seperti mau menangis karena tidak bisa bertemu nenek lagi. Di sepanjang perjalanan pulang hati saya tidak tenang. Berkali2 pusing melihat kilatan cahaya lampu jalan raya. Lalu tanggal 6 pagi orang tua saya dikabari bahwa nenek telah tiada. Saya yg sudah plg terlebih dahulu ke Jember naik kereta jam 22.00 malam tidak bisa mengikuti prosesi pemakaman nenek.

Peristiwa lain adalah tentang nenek saya (ibu dari ayah saya) saat saya masih kuliah di Fisika Unair Surabaya. Saya merasakan sebuah perpisahan saat berkunjung ke rumah nenek di Krian, Sidoarjo. Saya sering main ke rumah nenek karena saat itu saya masih meminjam motor bulik saya (adik perempuan dari ayah saya). Bulik saya merawat nenek saya yang sudah lama sakit karena jatuh saat mengambil telur ayam di kandang peternakan yang dimiliki keluarga nenek saya di desa.

Di hari apa saya tidak ingat lagi, saya seperti ingin menangis ketika memijit kaki dan tangan nenek saya yang tidak bisa digerakkan lagi. Nenek saya tidak lagi dirawat di rumah sakit karena alat infus sudah tidak bisa lagi dilewatkan di tangannya. Sebab tangannya seperti tinggal kulit dan tulang saja, nenek saya berumur kisaran 90 tahun. Tergolong panjang umur juga nenek saya ini, saya merasakan akan kehilangan nenek di kemudian hari. Hingga akhirnya tanggal 14 September 2007 di bulan puasa Romadhon saya ditelpon paklik saya (adik laki-laki dari ayah saya) bahwa nenek saya telah meninggal dan akan dimakamkan malam itu juga.

Saya yang masih di kampus karena menjadi panitia kegiatan OSPEK kampus langsung pulang ke rumah bulik saya di karangrejo timur mengajak paklik saya (suami dari bulik saya) untuk ke rumah nenek. Dg cukup kencang hingga paklik saya cukup ketakutan ketika saya bonceng. Saya ingin buru2 ke rumah Krian khawatir nenek sudah dimakamkan. Malam itu ibu saya sudah ada di rumah Krian dan baru saja memandikan nenek bersama bulik saya.

Saya yg baru datang melihat nenek suduh tebujur kaku terbungkus kain kafan langsung berdoa dan membacakan surat Yasin. Malamnya sayang sekali ayah saya terlambat datang dan nenek saya sudah dimakamkan. Itu kejadian2 yang tak langsung saya rasakan sebelumnya. Tapi berbeda dg KEKUATAN yg saya rasakan sekarang ini setelah dibukakan KONDISI KEKUATAN TANPA BATAS saya oleh kata2 pak Hindra di cabang TAMAN RATU dulu.

Kata2 ini diperkuat kembali saat saya mengikuti training di Jambuluwuk Februari 2012. Saat itu pak Hindra kembali mengajak kami peserta training untuk masuk dalam KONDISI KEKUATAN TANPA BATAS. Alhasil kami mampu memotong sebatang pensil dg selembar kertas saat sesi latihan dan di sesi puncaknya kami mampu memotong sebatang besi tebal dg selembar kertas. Saya merasa jika saya percaya bahwa KEKUATAN itu datangnya dari Tuhan saya bisa melakukan apa saja.

Kali ini dg adanya KEKUATAN yg saya rasakan saat saya bekerja dg si “MERAH”, panca indera saya seperti bisa merasakan kejadian yang akan terjadi meskipun belum detil. Pernah pula di saat berlebaran tahun 2012 saat saya sekeluarga pulang ke Mojokerto ke rumah nenek. Seperti biasa saya solat berjamaah bersama ayah di Musholla dekat rumah dan ayah saya sebagai imamnya. Ayah saya sering dipercaya penduduk setempat untuk menjadi imam solat lima waktu. Namun malam itu berbeda saat kakak saya datang dg calon istrinya, saya yg datang ke Musholla lebih dahulu cukup lama menunggu ayah yg tidak datang2.

Karena qomat sudah dikumandangkan saya diminta pengurus Musholla untuk menjadi imam. Nah saat menjadi imam perasaan panas, gerah dan keringatan menyelimuti diri saya saat berdiri di depan makmum sepanjang solat Isya malam itu. Dg perasaan tidak tenang saya tetap menunggu kehadiran ayah saya. Hingga ayah saya sepertinya datang di rokaat terakhir solat Isya saya sengaja pelan2 saat mengimami solat Isya Malam itu berharap ayah saya masih sempat ikut solat berjamaah. Setelah solat dan berdoa saat pulang dari Musholla ayah saya bercerita kenapa tidak bisa mengimami solat Isya

Ayah saya menceritakan suatu kejadian hebat antara kakak saya dan tante saya di rumah. Sehingga ayah saya menenangkan keduanya terlebih dahulu sebelum berangkat ke Musholla. Memang keluarga kami ada banyak masalah tapi saya tidak menyangka akan terjadi masalah yang begitu besar hingga kakak saya langsung pulang ke Surabaya malam itu juga. Ibu saya langsung ke rumah kakek (ayah dari ibu saya). Kakek menempati rumah baru setelah setahun sepeninggal nenek.

Itu merupakan malam paling mencengangkan di rumah Mojokerto. Kejadian lainnya saat bulan Desember 2012 saat itu kamar saya bocor karena hujan lebat di siang hari. Saat itu masih ada ibu kos saya yang sudah lanjut usia. Beliau memberi saya makan siang setelah beres2 kamar. Di kemudian hari keluarga ibu kos saya hendak berziarah ke makam suaminya karena sudah lama tidak berziarah. Mendengar niat mereka mulut ini ingin melarang untuk tidak pergi karena jika jadi pergi nanti ibu kos saya akan pergi selamanya. Tapi karena mereka sudah niat dan tidak ingin menakut2i ya saya diam saja.

Selang berapa hari pulang kantor saya dapat kue dari ibu kos saya. Saya anggap ibu kos saya masih baik2 saja dan masih sehat wal afiat. Saya masuk kamar dan entah mengapa saya tidak bisa tidur hingga pagi. Hingga akhirnya mata saya bisa menutup tapi selang berapa menit kemudian di saat dini hari tiba-tiba saya dibangunkan oleh bapak kos saya (putra terakhir dari ibu kos saya) untuk memindahkan motor saya yang ada di halaman rumah.

Saya diberi tahu bahwa ibu kos saya baru saja meninggal tapi belum boleh bilang ke pengurus masjid kalau ada yang tanya menunggu matahari terbit nanti perwakilan dari keluarga yang akan lapor ke pengurus masjid. Bapak kos saya bilang menunggu anggota keluarganya kumpul terlebih dahulu. Khawatir jika terburu2 diumumkan nanti masyarakat ingin cepat2 memakamkan dan ada anggota keluarga yang belum datang tidak bisa mengantar ke tempat peristirahatan terakhirnya (seperti ayah saya).

Kejadian yang lain baru saja saya alami. Ketika lebaran 2013 saya sekeluarga seperti biasa ke rumah Krian. Kali ini kakek saya (ayah dari ayah saya) yang berumur 95 tahun terbaring lemas di atas kasur. Anggota badan kakek saya sudah tidak bisa digerakkan lagi karena pernah jatuh dari tempat tidur di Bulan Januari 2013. Saya yang tidak tega melihat kondisi kakek mengajaknya bicara dan mengaji. Karena di HP saya ada Al-Quran digital saya pasangkan ke telinga beliau agar beliau bisa mendengarkan ayat2 suci Al-Quran yang sedang dibaca.

Maklum di usianya yg sudah lanjut penglihatan kakek tidak begitu jelas. Di saat kakek mengaji saya merasakan telah mengikhlaskan kakek akan pergi suatu hari nanti. Saya bahagia kakek masih bisa mengaji meskipun dalam kondisi sakit. Bangga dan sedih menyelimuti perasaan saya saat itu. Setelah mengaji kakek saya tertidur terlelap sepertinya kecapekan. Keesokannya kakek saya minta dimandikan dan dipakaikan baju baru karena ingin berlebaran. Ingin bertemu dg cucu2 nya.

Kenangan singkat ini tidak bisa saya lupakan kakek dan nenek tempat saya berlibur pergi satu per satu. Ada perasaan kehilangan setiap mendengar kabar meninggalnya mereka. Kali ini saya harus kuat, saya harus ikhlas kalau kakek pergi suatu hari nanti. Dan 1 tahun berselang 26 Juni 2014 saya mendapat kabar dari ayah saya bahwa kakek telah meninggal jam 15.00. Saya yang masih di kantor bingung mencari tiket pulang ke Surabaya. Melihat tiket kereta tinggal kelas eksekutif yang harganya sangat mahal. Karena biasanya saya pulang naik kereta ekonomi yang murah harganya.

Saya cooling down dulu dg solat magrib. Setelah solat magrib saya melihat internet kembali tiket sudah habis. Saya mencoba alternatif pesawat yang harganya beda tipis dg kereta eksekutif. Melihat ada tiket pesawat paling murah saya pergi menuju agen tiket pesawat di sebelah kantor. Pertama sempat ditawari ci Maya (bagian Marketing di kantor si “MERAH”) untuk menhubungi Ibu Erin langganan kantor si “MERAH” memesan tiket pesawat. Tapi karena harga yang ditawarkan agen lebih murah dari pada harga dari ibu Erin, saya langsung menuju kantor agen tiket pesawat tersebut. Saya juga bingung bagaimana jadinya bertransaksi dg ibu Erin karena saya juga tidak punya printer untuk mencetak tanda booking pewawat.

Saya ambil tiket penerbangan pertama di Jumat pagi berharap masi bisa mengikuti acara pemakaman kakek. Tapi setelah dapat tiket pesawat ayah saya bilang bahwa kakek dimakamkan malam itu juga. Ya sudahlah mungkin memang tidak bisa bertemu lagi, toh saya masih ingat senyum kakek saya saat mengaji di lebaran 2013 silam. Malamnya sesampainya di kosan saya mengaji berdoa untuk kakek membacakan surat Yasin.

Jam 12 malam saya bangun karena lapar saya beli mie goreng di tempat langganan saya. Penjualnya adalah orang Jombang sehingga saya sering mengobrol karena bisa sama2 bahasa Jawa. Tak banyak orang yang ada di Jakarta bisa bahasa Jawa apalagi teman saya di si “MERAH” kebanyakan Sunda yang mana saya tidak tahu arti pembicaraan mereka. Saya bercerita bahwa kakek saya telah tiada dan akan berangkat ke bandara Soetta Cengkareng sebelum subuh. Setelah makan saya pulang dan mandi, kemudian mengemas barang yang akan dibawa ke Surabaya. Jam 2 pagi saya keluar kosan dan pamitan ke penjual mie asal Jombang tadi. Sepertinya ini pertemuan terakhir saya karena setelah saya kembali ke Jakarta belum ketemu lagi dg penjual mie ini.

Pintu keberangkatan bandara Soetta baru dibuka jam 3 pagi. Setelah naik taksi dari jalan Sunter Agung Barat (cukup jauh saya jalan kaki dari kosan) saya sampai di bandara jam 2.30 jadi lumayan lama menunggu sebelum pintu dibuka. Di dalam saya sempat bertemu dg orang Madura yg bekerja di Saudi Arabia, cukup lama beliau bercerita sambil menunggu pengurusan tiket pesawat yg kami naiki. Di dalam bandara saya menunggu sambil menonton sepak bola piala dunia. Karena jam 4.30 saya harus masuk pesawat saya ambil air wudhu dulu agar bisa solat di dalam pesawat.

Di penerbangan pertama saya di pagi hari saya lihat pramugari pesawat yg saya naiki cukup cantik2 juga. Ingin iseng merekam mereka saat menjelaskan standar prosedur keselamatan dalam pesawat tapi tidak jadi juga. Di ketinggian 33.000 kaki di atas permukaan laut spertinya telingaku sangat sakit sekali. Pun demikian pramugari cantik tadi dg centilnya menawarkan parfum2 yg bisa dibeli oleh penumpang pesawat. Saya yg niatnya ingin ziarah ke kubur kakek saya mengurungkan tawaran mereka. Sesampainya di bandara Juanda Sidoarjo saya bingung naik apa karena lumayan mahal juga kalau naik taksi dari bandara ke rumah kakek.

Untung ada tukang ojek saya naik ojek sambil banyak tanya2 dg tukang ojek tsb. Katanya dia punya sepetak tanah kering di daerah Tulangan yg mau dia jual murah. Kesempatan bagus nih pikirku yg mau cari rumah lumayan buat investasi masa depan. Sesampainya di rumah kakek saya minta no telepon tukang ojek tadi sapa tau butuh bantuannya lagi. Sampai di rumah saya minta diantarkan ke kuburan kakek, saya dianter adik saya karena ayah saya menjemput ibu saya di stasiun Sidoarjo.

Saya bacakan surat Yasin di Kuburan kakek, lalu saya pulang dan mencoba tidur di kamar kakek. Antara sadar dan tidak sadar saya mendengarkan ada suara yang meminta saya untuk menyampaikan pesan ke bulik saya yg sedang menghadapi masalah rumah. Suara tsb bilang bahwa budhe2 saya, kakek dan nenek saya ingin diziarahi didoai dan dingajii, jika bulik saya bisa melakukannya insha Allah bulik saya bisa terlepas dari masalah berat yg dihadapinya.

Teman2 bisa menyimpulkan sendiri apakah suara – suara yg saya dengarkan selama saya bekerja di si “MERAH” ini benar atau tidak. Teman2 boleh percaya atau tidak, tapi sekali lagi saya sampaikan bahwa semua itu datangnya dari Allah setiap kejadian Allah sudah mengaturnya. Imam saya di masjid Nurul Wathon Sunter Jakut pernah berceramah bahwa sanya malaikat Jibril sebenarnya tidak istirahat setelah selesai menyampaikan wahyu terakhir kepada Nabi Muhammad SAW. Malaikat Jibril terus bekerja menyampaikan tanda-tanda kebesaran ALLAH kepada umat manusia, hanya saja apakah manusia tsb mampu menerima tanda-tanda kebesaran ALLAH tadi. Allahu alam.

Cerita saya, saya cukupkan sampai sini terlebih dahulu masih banyak tugas kantor yg harus saya selesaikan terutama tugas animasi yg lumayan menyita waktu. Nanti akan saya perbanyak cerita detil saya mengajar di cabang Taman Ratu hingga saya kembali ke kantor pusat si “MERAH” di Sunter. Dan masih dg suara2 yg saya dengar selama bekerja dg si “MERAH” tunggu kelanjutannya besok di bagian ketiga ya.ok.

Akhirul kalam klo ada kebaikan semua itu datangnya dari Allah swt kalaupun masih banyak kekurangan pada tulisan saya itu semua tidak lepas dari kemampuan saya yang masih minim dan masih belajar untuk menulis. Jika lau banyak kesalahan itu semua karena saya manusia biasa yg tak lepas dari khilaf. Wabilatufik walhidayah. Wassalamualaikum Wr. Wb

Hidupku Bersama si Merah

Cerita ini bermula di tahun 2009 saat saya lulus kuliah, saya mencoba berbagai peluang untuk memperoleh pekerjaan. Alhamdulillah saya merupakan lulusan terbaik Fisika Unair, akan tetapi di Fakultas Sains dan Teknologi saya adalah mahasiswa ke-2 karena lulusan terbaiknya adalah mahasiswa Biologi.

Saya tidak melamar ke Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) karena tes di Jakarta bertepatan dg pelaksanaan wisuda di kampus saya di Surabaya. Saya agak menyesal karena teman saya jurusan Kimia rela tidak ikut wisuda demi ikut tes di LIPI, dan dia berhasil menjadi pegawai LIPI. Saya merasa bangga atas prestasinya, kebetulan kami pernah dalam satu acara Sampoerna Best Student Visit (SBSV) di tahun 2008. Pernah sewaktu2 saya melihat video kegiatan SBSV 2008 dan merasa bangga juga karena teman2 saya sudah sukses semua.

Hari wisuda saya bergantian dengan kekasih saya saling menemani karena dia wisuda di hari Sabtu sementara saya wisuda di hari Minggu. Awalnya agak kecewa karena tidak bisa berangkat bersama keluarga karena kakek saya masih menjenguk cucunya yang baru lahir. Sepulang wisuda kami sekeluarga makan siang bersama ditemani kekasih saya saat itu.

Hari demi hari saya lewati mencoba beberapa kemungkinan lowongan pekerjaan, pertama saya mencoba di Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) namun sudah gagal di seleksi administrasi. Kemudian mencoba lowongan di Badan Kepegawaian Pemerintah Provinsi Jawa Timur tapi gagal di ujian tulisnya. Pernah jg mencoba melamar menjadi guru di Yayasan Al-Irsyad di Perak, Surabaya Utara namun gagal di uji wawancara. Sepertinya bahasa Arab saya kurang lancar, salah di mahrojnya, panjang pendek dan tajwidnya sepertinya saya kurang menguasai. Maklum saya belajar mengaji hanya saat saya SD. Pernah juga saya melamar di toko buku Gramedia akan tetapi gagal juga di proses wawancara.

Saya hampir putus asa mencari pekerjaan hingga alumni Fisika yang sudah lulus beberapa tahun sebelumnya menawari jurusan kami lowongan dosen di Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS). Saya bersama satu teman lab teori Fisika saya mencoba mengajar di kampus yang termasuk anggota Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) wilayah Jawa Timur tersebut.

Hampir 1 semester saya mengajar di ITATS sebenarnya saya sangat senang karena ilmu saya bisa dimanfaatkan untuk mahasiswa baru di sana. Hampir tiap minggu saya berusaha menampilkan handout Fisika yang saya update tiap bab nya. Hingga di akhir semester kumpulan handout tersebut saya jadikan buku. Berharap buku ini kelak dapat ditertbitkan dan digunakan oleh seluruh pelajar di Indonesia.

Karena ketidakjelasan kelanjutan status pengajara saya di ITATS dan pihak rektorat ITATS menolak memberikan rekomendasi belajar S2 bagi saya maka saya memutuskan untuk mencari tempat pekerjaan yang lain. Saya mencoba mengiripkan lamaran pekerjaan lewat internet. Hingga suatu hari di bulan Desember 2009 saat saya hendak pulang di rumah bulik saya di jalan karangrejo timur. Saya menerima telepon dari sebuah kantor di daerah Gading Serpong, Tangerang. Setelah menerima penjelasan dari ownernya saya berdiskusi dg orang tua. Saya berdoa untuk diberi kelancaran brangkat ke Tangerang.

Hari pertama saya berangkat ke Tangerang ditemani teman semasa SD-SMP-SMA saya Miqdad Zuhdi yang sekarang menjadi pegawai BPK Serang Banten. Di hari pertama saya menjalani uji tulis dan uji wawancara, di sore harinya saya diterima dg gaji pokok yang menurut saya cukuplah utk merantau jauh dari keluarga.

Keesokan harinya saya pulang dan kembali berdiskusi dg orang tua, dg kolega di kampus, dg dosen saya. Saya terima atau tidak tawaran kerja ini. Dg kembali berdoa saya mantap utk bekerja di Tangerang. Keberangkatan kedua saya saat itu tanggal 2 Januari 2010, malam sebelumnya saya lewatkan malam pergantian 2009-2010 bersama teman kampus. Saya janji ke mereka saya akan merantau dan minta doanya agar saya kembali dg kesuksesan.

Sesampainya saya tidak langsung ke Tangerang maklum saya tidak tau jalan kali ini saya diantar teman SD-SMP-SMA saya yang lain yaitu Krishna Pandu Wicaksono (sekarang menjadi salah satu dokter di RSCM, Salemba Jakarta Pusat dan sedang mengambil program spesialis bidang Radiologi). Sedikit certa tentang Pandu ini dulu semasa sekolah di Jember, merupakan teman saya bersepeda di minggu pagi. Teman saya saat mengikuti berbagai lomba dari tingkat SD, SMP hingga SMA sering kami bersama2. Pergi berenang di suatu sore dan bermain di rumahnya, pinjam bukunya. Bahkan saat kuliah semester pertama pernah kami berduet mengajar siswa yang akan mengikuti lomba2 di tempat kami sekolah SMP dulu di SLTPN 2 Jember.

Saya berhutang banyak kebaikan dari Miqdad dan Pandu kalau bukan mereka mungkin saya tidak akan pernah mencoba merantau. Karena mereka sebelumnya telah lama kuliah di Jakarta membuat saya selalu memimpikan bersama mereka di ibu kota. Bahkan saya pernah merasa dejavu saat diajak pandu makan es buah di dekat kosan lamanya di Salemba Tengah.

Ok cerita berlanjut di 2 Januari 2010 ini saya ditemani owner tempat saya akan bekerja untuk mencari kosan di Gading Serpong. Akhirnya saya menemukan sebuah tempat yang menurut saya cukup layak karena di tempat ini dilengkapi dg kamar mandi dan dapur. Saya merasa cukup nyaman saat melihat tempatnya, saya lupa nama pemiliknya tapi yg saya ingat beliau selalu memanggil orang kepercayaannya dg panggilan si ujang.

Saya tidak langsung bekerja pada keesokan harinya karena saya masih ada tanggungan mengajar di ITATS maklum awal Januari merupakan kuliah terakhir sebelum masa Ujian Akhir Semester (UAS). Saya minta ijin untuk menyelesaikan kewajiban saya dahulu, saya kembali ke Gading Serpong Sabtu depannya yaitu 9 Januari 2010. Keberangkatan saya kali ini diantar kedua orang tua dan tiga adik saya, sempat meneteskan air mata pula saat mengantar kepulangan mereka ke Surabaya. Lalu saya berjanji pada diri nanti saya akan pulang ke Surabaya membawa kesuksesan. Janji itu selalu saya dengungkan dalam diri.

Hari berganti hari saya lewatkan bekerja di Gading Serpong. Banyak cobaan saya alami di tempat ini yang pada umumnya saya banyak menerima komplain dari siswa atau pun orang tua siswa. Cukup sering saya dipanggil oleh ownernya karena performa saya yg masih di bawah standarnya. Cukup bingung saya dibuatnya karena sepertinya saya kurang beradaptasi dg pekerjaan baru saya ini. Saya diberi kesempatan hingga 2 bulan.

Di Bulan Februari saya sering curhat dg teman kos saya yang bernama mas Sigit. Mas Sigit ini adalah salah satu Office Boy (OB) di si “MERAH” cabang Gading Serpong (jika ingin tahu apa definisi si “MERAH” silahkan baca cerita saya tentang MERAH BIRU). Sering kami habiskan malam untuk sekedar bercerita pekerjaan masing2. Hingga suatu hari mas Sigit bercerita ke bos nya yg baru saya ketahui namanya adalah Leni Aswati Novita Dewi.

Dari tempat kerjanya di si “MERAH” mas Sigit membawa banyak kertas2 yang berisi soal2. Saya ingat saat itu Rabu malam saya diberi 80 soal, (40 soal semester Genap dan 40 soal Semester Gasal). Kata mas Sigit bosnya bilang kerjakan sebisanya dan boleh dikumpulkan kapan saja. Saya hanya bisa mengerjakannya malam hari saja karena saya masih bekerja di tempat saya bekerja saat itu. Saya berjanji ke mas Sigit sebelum solat Jumat saya serahkan ke mas Sigit dan bisa mas Sigit serahkan ke bosnya hari itu juga.

Tidak lama saya menunggu kira2 hari Selasa (kalau saya tidak salah ingat) saya dipanggil utk tes microteaching di cabang tempat mas Sigit bekerja. Saya jalan kaki dari tempat kos ke tempat tes microteaching, kira2 1 km lumayan jauh jg utk ukuran jalan kaki pikirku. Di sini saya masih ingat menjelaskan bab Vektor karena sebelumnya saya mengajari siswa saya belajar bab Vektor. Kemudian saya diminta menjelaskan soal Gerak Melingkar dan saya ingat bahwa saya salah mengerjakan karena yg benar harusnya menggunakan acuan pusat lintasan.

Sambil menunggu dan saya masih bekerja di tempat saya saat itu, hari Kamis nya saya dipanggil ke kantor pusat si “MERAH” di daerah Sunter, Jakarta Utara. Saya terus terang saja tidak tahu jalan, dari orang HRD nya yang bernama ko Benny saya diberi tahu untuk turun di Senen kemudian naik kopaja 27. Nah ini pengalaman menarik pertama saya saat menuju kantor pusat si “MERAH” .

Saat itu saya taunya hanyalah jalur busway, jadi sepemahaman saya turun di Senen itu artinya turun di halte busway Senen. Saat turun di Senen saya tanya ke petugas Trans Jakarta, saya tanya2 banyak yg tidak tahu daerah Sunter. Ada yang bilang utk berhenti di halte busway berikutnya di ITC Cempaka Putih ada yang bilang ada metromini yg menuju Sunter. Saya ikuti dari petunjuk bapak2 yg tidak kukenal namanya itu. Setelah naik metromini si keneknya blg agar saya turun sebelum naik fly over (baru tau saya itu fly over di daerah Mitra Sunter). Keneknya bilang metromininya menuju Tanjung Priok, kalau saya mau ke Sunter turun di sini lanjut kopaja 27 (yang baru saya tau jg lg ngetem di posnya di depan Mall Artha Gading)

Saat itu belum ada busway tujuan Tanjung Priok – Pluit atau Tanjung Priok – UKI Cawang. Jadi dari Cempaka Putih itu saya naik metromini (entah no 7 ato berapa saya tidak ingat jg). Saat saya naik kopaja 27 saya baru tau kalau saya ternyata lewat belakang sementara yg ko Benny bilang naiklah kopaja 27 dari Senen (bukan dari tempat saya naik tadi, yg baru saya tau itu namanya Sunter Podomoro).

Sesampainya di kantor pusat si “MERAH” saat itu di alamat blok B1B, saya diwawancarai oleh bu Yati Cen yang saat itu merangkap jabatannya jg sebagai General Manager. Setau saya HRD nya adalah pak Marion karena di surat kontrak yg saya terima di kemudian hari yg tanda tangan adalah pak Marion. Pada saat kedatangan pertama saya di kantor pusat si “MERAH” saya tidak langsung menandatangani kontrak. Saya masih menimbang2 karena jujur yg si “MERAH” tawarkan jauh di bawah tempat saya bekerja saat itu, nilai itu cukup wajar karena saya hanya mengajar pelajaran Fisika. Sementara di tempat saya bekerja sebelumnya saya mengajar semua mata pelajaran Mat-Fis-Kim dari SD-SMP hingga SMA.

Cukup lama saya berpikir, saya ingat saat itu hari Kamis hari di mana saya berpuasa. Saya telah berjanji selulusnya SMA saya akan terus puasa Senin-Kamis apa pun kondisinya. Puasa Senin-Kamis jg merupakan pesan dari nenek saya (ibu dari ayah saya) sebelum beliau meninggal. Nenek saya meninggal 14 September 2007 saya ingat saat itu juga bulan Puasa Romadhon. Nenek saya berpesan kalau pun puasa Senin-Kamis ga boleh putus diusahakan bs selama 40 minggu berturut-turut syukur-syukur setelah hari raya Idul Fitri sampai ketemu bulan Romadhon lg artinya full 11 bulan (44 minggu)

Saya berpikir cukup lama yg membuat saya tidak lg berkonsentrasi di pekerjaan saya, kinerja saya sepertinya menurun. Hingga akhrinya saya dipanggil kembali oleh owner tempat saya bekerja dan beliau bilang kontrak saya tidak diperpanjang (saya ingat namanya Andi). Bagi saya, saya mengerti saya gagal di tempat pertama karena banyak alasan yg saya buat, ownernya tidak seiman dg saya, perokok berat, saya tidak nyaman saat solat lima waktu karena tidak ada jam untuk istirahat maupun jam untuk break solat.

Ketidaknyamanan inilah yg membuat saya mantap meninggalkan tempat pertama dan akhirnya memilih si “MERAH” walaupun secara materi masih jauh di bawah tempat saya bekerja di Gading Serpong. Saya ingat saya kembali ke kantor pusat si “MERAH” tanggal 1 Maret 2010. Saya ingat saat itu hari Senin saya puasa lagi dan saya lupa lagi jalan menuju kantor pusat di Sunter. Kali ini rute pemberhentian saya bukan lagi di Cempaka Putih karena saya lupa nama haltenya saat itu, saking lupanya saya turun di terminal terakhir yaitu di Pulo gadung.

Sampai di Pulo Gadung saya tanya beberapa orang bagaimana caranya saya ke Sunter. Banyak yg memberi petunjuk, ada yg bilang naiklah angkot biru no 37 karena angkot ini ada di terminal Pulo Gadung nanti turun di Sunter. Saya coba ikuti saran dari bapak2 yg tak kukenal namanya itu. Angkot ini melewati jalanan di depan Mall of Indonesia (MOI) yg hancur cukup parah karena banjir. Sesampainya di bawah fly over (yg baru saya tau itu daerah Mitra Sunter). Saya disuruh turun di sini oleh supir angkotnya dan disuruh menyebrang lalu naik kopaja 27.

Sungguh pengalaman menarik saya menuju kantor pusat si “MERAH” kembali terulang kali ini dg rute konyol yg lain. Dan lagi2 saya tidak mengikuti rute yg dibilang oleh ko Benny sebelumnya. Tidak lain dan tidak bukan karena perbedaan definisi kata2 turun di Senen. Saya mengartikan bahwa saya harus turun di halte busway Senen karena saya taunya bus Trans Jakarta. Sementara ko Benny maksudnya adalah naik bus lalu turun di terminal Senen. Ini kan perbedaan pemahaman yang berakibat fatal. Meskipun tujunnya sama2 bisa menuju kantor pusat si “MERAH” tapi rutenya bisa berbeda.

Oh ya ceritanya saya lanjutkan ya. Senin 1 Maret 2010 saya tanda tangan kontrak tapi saya minta ijin ke Bu Yati saya baru bisa ikut training 1 bulan pada Senin depannya 8 Maret 2010. Saya akhirnya bergabung dg si “MERAH” karena visi yg disampaikan oleh bu Yati cukup sesuai dg diri saya yaitu “WORLD BEST PLACE FOR STUDENT AND TEAM TO RE-EDUCATE AND LIVE”. Karena visinya dalam bahasa Inggris saya tdk bs langsung mengingatnya tp saya tau maksudnya adalah menjadi tempat terbaik dan itu sangat sesuai dg pribadi saya yg ingin menjadi yg terbaik.

Oh ya perlu teman2 pembaca ketahui saat itu saya ada gangguan di hidung karena flu. Siangnya saya diajak Bu Yati keliling kelapa Gading mengantar guru yang baru lulus training dan menjemput Bu Eka yg merupakan guru Kimia di Muara Karang. Oh ya Bu Yati bilang saya boleh nanti penempatan di Sunter karena saya yg menginginkannya (sebab Sunter lumayan dekat dg stasiun Pasar Senen). Tapi saya tidak training di Sunter melainkan di Muara Karang sebab orang yg mentraining saya masih menjadi guru Fisika di Muara Karang.

Sedikit cerita tentang trainer saya dulu ya. Namanya adalah ibu Hilalia saya terbiasa memanggilnya ibu karena lebih senior dari saya. Meski beda satu tahun untuk urusan kuliah saya masuk tahun 2005 beliau tahun 2004. Saya lulus 2009 beliau lulus 2008. Beliau merupakan lulusan Fisika Universitas Indonesia (UI) di depok. Saya cukup hormat dg Fisika UI karena ada kenalan dosen saya di sana bernama pak Terry Mart. Bu Lia ini merupakan salah satu tim litbang yang baru terbentuk dan baru ke kantor pusat setelah masa Ujian Nasional.

Saya iyakan saja perkataan bu Yati karena saya baru tanda tangan kontrak kerja saja saya sudah beruntung. Hampir saja saya menanggung malu hendak pulang ke Surabaya dan bilang ke orang tua serta teman2 bahwa saya gagal. Mungkin tidak ada yg tau cerita saya ini hingga saya berani terus terang dan menuliskannya dalam blog yg jg cukup lama saya tinggalkan ini.

Saya diantar Bu Yati dg driver bernama mas Sugi (yg kemudian menjadi tim marketing si “MERAH” di pusat) ke Muara Karang. Di sini  saya dikenalkan dg Koordinator Cabang Muara Karang saat itu yaitu pak Aris. Bu Yati jg berpesan kepada saya rute pulang ke Gading Serpong karena barang2 saya masih ada di kosan Gading Serpong. Malamnya saya diantar OB Muara Karang saat itu yg bernama mas Budi. Mas Budi ini sangat baik sekali dan sering membelikan saya makan untuk makan saat istirahat jam 19.00 malam.

Saya dianter di suatu tempat dekat dg pasar ikan di Muara Angke. Karena saya sedang ada gangguan hidung saya tidak banyak merasakan keanehan di tempat itu. Dalam pikiran saya yg penting saya dapat tempat kos bisa untuk tidur dan murah. Maklum yg saya terima sekarang jauh di bawah tempat saya pertama dulu jadi saya harus lebih bijak lg dalam mengeluarkan uang. Alhamdulillah saya dapat tempat yg murah dan saya bilang kepada bapak pemiliki kos bahwa saya hanya kos selama 1 bulan saja.

Malam setelah menemukan tempat untuk tinggal saya kembali ke Gading Serpong dan beristirahat di sana kemudian berkemas2 keesokan harinya. Karena tidak ada yg bisa saya mintai pertolongan akhirnya saya memindahkan barang yg saya punya sendiri dg melewati rute sebagai berikut dari tempat kos di Gading Serpong naik angkot biru sampai di depan gerbang perumahan Sumarecon. Kendaraan kedua naik angkot hijau menuju terminal kalideres. Kendaraan ketiga naik bus Trans Jakarta berhenti di halte Grogol atau Jelambar, depan Mall Citra Land. Kendaraan keempat naik angkot merah B01 sampai di Muara Angke. Cukup panjang rute yang saya tempuh yg sebenarnya bisa sekali jalan jika naik taksi. Maklum ekonomi sedang sulit saya harus irit. Sekali jalan saya habiskan ongkos sekitar Rp 10.000,00 – Rp 15.000,00 jika bolak – balik bisa Rp 20.000,00 – Rp 30.000,00 seingat saya, empat kali saya jalani rute ini yang kalau di total bisa Rp 100.000,00 dan mungkin saja bisa 1 kali jalan.

Mungkin ada kebodohan keputusan yg saya ambil. Tapi dari jalur ini saya mendapatkan banyak hikmah saya bisa tau banyak tempat yg mungkin belum pernah saya kunjungi. Saya bisa tau halte Indosiar yg kelak saya tinggal kos di daerah sana. Saya bisa tau Mall Citra Land yg mana saya suka makan dan nonton di sini. Saya bisa tau jalan ke Pluit yang kemudian saya main basket di taman kota dekat waduk Pluit. Banyak tempat yg bisa saya lalui melalui jalur ini karena saya tidak tahu jalan raya ibu kota saya harus banyak mengingat dan pengalaman berada di jalanan ibu kota.

Pengalaman ini mungkin tidak bisa saya rasakan jika saya langsung naik taksi karena saya cukup bilang ke sopir taksi kemana tujuan saya dan sopir taksinya tinggal masuk pintu tol di CBD Serpong lalu turun di pintu tol Pluit tinggal jalan beberapa kilometer sampai lah ke Muara Angke. Saat training di Muara Karang ini saya masih sering pulang ke Surabaya karena masih ada rindu dg orang tua saya dan kekasih saya saat itu yang kemudian bekerja sebagai guru Biologi di Yayasan Al-Irsyad Perak tempat saya gagal wawancara. Maklum kalau urusan bahasa Arab kekasih saya saat itu lebih jago tajwidnya saya mengaku kalah.

Nah jalur pulang ke Surabaya saya lalui dg menggunakan kereta api mau tidak mau saya sering menuju stasiun Gambir atau stasiun Pasar Senen. Saat kereta yg saya naiki masih berangkat dari stasiun Gambir saya ambil rute dari kosan naik angkot merah B01 turun di Grogol lanjut Bus Trans Jakarta turun di halte Gambir. Saat kereta saya berangkat dari stasiun Pasar Senen saya ambil rute naik angkot merah B01 turun di Pluit lanjut kopami 02 turun di terminal Pasar Senen. Stelah sekian bulan saya diberi tahu ko Benny ttg terminal Pasar Senen saya baru tahu jikalau terminal Pasar Senen itu sangat dekat dengan Stasiun Pasar Senen.

Ya semua ada hikmah yg bisa dipetik kalau saya melihat gaji saya yang kecil dan pulang ke Surabaya selamanya mungkin tak banyak yg bisa saya pelajari dan mungkin tidak bisa bercerita di blog ini lagi. OK awal minggu ketiga saya tinggal di Muara Angke saat hidung saya sudah sehat saya baru tau bahwa tempat tinggal saya adalah tempat terbau amis yg ada di Jakarta. Pun demikian saya selalu kesulitan mendapati air di kamar mandi saat hendak mandi atau pun mau mencuci baju atau piring.

Saat itu saya berjanji bahwa saya akan selesaikan masa training saya di Muara Karang dalam waktu singkat (kalau bisa selama 3 minggu) selambat-lambatnya sampai masa tinggal saya habis di Muara Angke. Malam pulang training saya terus belajar pagi sebelum training saya juga belajar, belajarnya pun mengandalkan ilmu dalam ingatan saya, tanpa membukan buku sedikitpun. Menstress pikiran untuk mengingat semua materi yg dibutuhkan tanpa membuka buku.

Kegiatan yg cukup stress ini lah yg membuat saya cukup cepat menguasai materi training. Saya membuat patokan dalam diri belajar jgn lama2. 1 jam mempelajari hal yg telah diajarkan, 1 jam belajar mempersiapkan materi training yg akan dihadapi. Pola ini saya buat sendiri dan saya lakukan tiap hari, hingga tubuh saya bisa menyesuaikan diri. Dan saya bisa melupakan kegagalan pertama saya bekerja di Gading Serpong dan menemukan semangat baru bersama si “MERAH”.

Di tempat pertama saya merasa disia-siakan bersama si “MERAH” saya merasa dibutuhkan dan ingin berkarir lebih lama lagi. Hingga 1 minggu sebelum bulan Maret berakhir saya telah menyelesaikan syarat training. Bahkan saya dimintai tolong untuk membantu mengajar siswa yang akan menghadapi Ujian Nasional. Ini merupakan tantangan besar pertama saya bersama si “MERAH”.

Hari saat saya uji kompre tertunda karena penguji harus ikut rapat di kantor pusat. Tapi saya tetap dg rencana semula pindah kos dari Muara Angke ke Sunter. Di Sunter saya ditemani ko Yogi untuk mencari tempat tinggal. Beliau bilang ada tempat kosong di depan kosannya. ko Yogi bilang tempatnya baru saja kosong jd masih mungkin untuk saya tempati. Ko Yogi ini sangat baik dg saya kami sering bersama. Akhirnya saya pindah kos dan saya kembali memindahkan barang dari Muara Angke ke Sunter.

Kali ini rutenya sebagai berikut naik angkot merah B01 dari Muara Angke ke Pluit lalu naik kopami 02 turun di Pasar Senen kemudian naik metromini 24 turun di Sunter. Rute ini saya lalui karena biayanya yang cukup murah. Skali jalan cuma Rp 6000,00 bolak balik Rp 12.000,0 kalau empat kali tidak sampai Rp 50.000,00 jadi masih Ok lah. Setelah pindah kos saya kembali belajar untuk mempersiapkan uji kompre yang tertunda.

Masih ingat pengujinya salah satunya adalah pak Karno. Sedikit cerita tetang pak Karno yang saat itu adalah koordinator cabang Boulevard Timur. Pak Karno merupakan seniot Fisika yang cukup lantang suaranya, dari pak Karno ini yang kemudian sedikit banyak membentuk karakter saya. Cukup malu saya diuji oleh pak Karno karena ada beberapa soal yg kurang lancar saya jelaskan. Akan tetapi, hasilnya saya tetap diluluskan.

Saya berjanji tidak menyia-nyiakan ini, saya sadar saya kurang dalam bahasa Inggris lulus ujian kompre saya belajar materi yang belum saya kuasai bisa dilihat catatan saye lengkap dg materi Fisika dan soal-soal. Saya senang melakukannya karena saya terinspirasi dg buku catatan bu Lia dan pak Karno yg menurut saya tergolong lengkap dan saya ingin punya buku catatan yang lengkap pula. Sekian bulan saya bersama tim Sunter berbagai hal saya lewati di sini.

Di Sunter saya berada di bawah pengawasan bu Alfi, bu Alfi merupakan pribadi yang menarik bagi saya. Sosok yg cerewet tp cukup baik kepada saya. Saya dipercayakan berada di bawah bimbingan guru senior di Sunter oleh bu Alfi yaitu senior. Senior ini menurut saya adalah guru yang multi talent, bisa uji Graphology, sering membantu mengajar Matematika dan menangani siswa2 berkebutuhan khusus.

Kira2 3 bulan saya berinteraksi di Sunter membuat saya nyaman di Sunter dan merasa Sunter seperti rumah saya, tim2 nya seperti keluarga saya. Kita juga sangat kompak saat tampil di acara tahunan di bulan Juni. Cukup kompak kita di Sunter hingga suatu hari di bulan Juli bu Alfi memanggil saya. Di acara tahunan diumumkan bahwa bu Leni koordinator cabang Gading Serpong saat itu ditarik ke pusat sebagai Manager Marketing dan penggantinya adalah Pak Nurhadi Guru Fisika di cabang Taman Ratu.

Dengan kepindahan pak Nurhadi ke Gading Serpong tidak ada yang mengajar Fisika di cabang Taman Ratu. Sementara guru Fisika di Sunter ada dua orang melihat dia yg lebih senior pilihan akhirnya adalah saya dipindahkan di cabang Taman Ratu. Ini adalah keputusan yang cukup sulit yang harus saya terima. Nah karena saya sudah cukup lama mengetikkan cerita saya ini. Saya cukupkan dulu cerita saya dengan si “MERAH”. Besok saya lanjutkan ceritanya dimulai dari kepindahan saya ke cabang Taman Ratu.

OK. Akhirul kalam klo ada kebaikan semua itu datangnya dari Allah swt kalaupun masih banyak kekurangan pada tulisan saya itu semua tidak lepas dari kemampuan saya yang masih minim dan masih belajar untuk menulis. Jika lau banyak kesalahan itu semua karena saya manusia biasa yg tak lepas dari khilaf. Wabilatufik walhidayah. Wassalamualaikum Wr. Wb

merah biru

Tentunya teman-teman telah mengetahui merah dan biru merupakan warna dasar dalam kehidupan ini (selain warna hijau tentunya). Namun kali ini saya akan bercerita apakah merah dan biru dalam kehidupan saya pada kesempatan kali ini.

Cerita berawal dg si “BIRU” yang merupakan warna dasar pada logo Himpunan kemahasiswaan di mana saya berkuliah dulu. Himpunan Mahasiswa Fisika disingkat (HIMAFI) sepertinya sudah sangat terkenal di kalangan mahasiswa kampus C Mulyorejo Unair. Bersama si “BIRU” saya mengalami banyak hal, mulai dari kuliah, OSPEK, menjadi panitia, mengerjakan tugas, praktikum, bertemu dg dosen, alumni, menjadi asisten dosen, bermalam di kampus dst.

Bersama si “BIRU” saya menemukan jalan hidup saya lewat berorganisasi kampus, diskusi2, tak ketinggalan jg kegiatan mahasiswa yg tak bs lepas tiap minggunya yaitu nonton. Hampir seminggu sekali saya lewatkan jam plg kampus untuk menikmati film terbaru saat itu. Maklum kalau hari senin masih ada nomat (HTM Rp 10.000,00)

Dg si “BIRU” saya menemukan prinsip2 hidup dalam diri saya. Saya bs bekerja jg karena ilmu yg saya terima bersama si “BIRU”. Dg pekerjaan baru saya saat lulus wisuda S1 saya sangat bersemangat untuk membuat handout bagi mahasiswa yg saya ajar. Saya targetkan 1 minggu 1 bab. Karena saya mengajar dalam 1 semester alhamdulillah semua materi bisa saya kumpulkan dan bs saya cetak, meskipun tidak dijual secara umum.

Saya punya cita-cita untuk menrbitkannya secara umum suatu hari nanti. Waktu terus bergulir hingga saya memutuskan untuk memantau ke ibu kota. Kesempatan pertama saya di ibu kota tidaklah terlalu menggembirakan, saya hampir putus asa ingin pulang kampung kembali mengajar mahasiswa saya di Surabaya.

Hampir gagal di ibu kota menjadikan saya bertemu dg si “MERAH”. si “MERAH” tidak lain adalah warna dasar dari logo tempat saya bekerja. Nama perusahaannya adalah SINOTIF, SINOTIF merupakan akronim dari tiga kata Sistematis, Inovatif dan Edukatif. Bersama si “MERAH” cita-cita awal saya ingin menerbitkan buku menjadi terlena. Saya menjadi lupa karena asyik mengajar dan mengerjakan tugas kantor.

Saya menjadi lupa hingga hampir 5 tahun, tepatnya 23 Juni saat Bapak Hindra Gunawan (owner dan Presiden Direktur Sinotif) melaunching buku keduanya. Buku kedua beliau diberi judul “Mindset Siswa Sukses”. Saya sangat tertarik dari awal membaca judul dari Bab I “Perbedaan Siswa Hebat dan Tidak Hebat”. Cerita di dalam Bab I ini mengingatkan diri saya saat sekolah dulu, di mana tanpa kenal rasa menyerah saya terus mengerjakan tugas baik dari guru maupun dosen. Meskipun tugas tersebut harus dikumpulkan keesokan harinya atau pun minggu depannya, saya tetap dengan rutin mengerjakan tugas tersebut pulang sekolah ato kampus hingga malam hari bahkan hingga pagi. Terima kasih sahabat baik saya di kampus yg sering meminjamkan laptopnya untuk saya mengerjakan tugas kampus. Saya banyak berhutang padanya dan keluarganya.

Di saat membaca Bab II “Jaring Laba-Laba yang berubah Menjadi Jeruji Besi” saya mulai tersadar bahwa begitu banyak jaring laba-laba yang menjerat diri saya sehingga saya tidak bebas seperti terpenjara dalam jeruji besi. Saya seperti nyaman dalam keadaan santai melupakan cita-cita awal dulu saat wisuda.

Setelah membaca Bab III “Perbedaan 1 derajat yang memberikan dampak besar” saya menjadi mantap dan yakin untuk merestart proyek dan ide gila saya dulu. Setelah membaca buku saya begitu ingin mencurahkan perasaan saya namun saya mengerti kesibukan Bapak Hinda Gunawan yang tidak bisa diganggu sepertinya. Hingga saya menundanya hampir 1 minggu, karena kakek saya meninggal dunia pada tanggal 26 Juni 2014 saya harus pulang ke Surabaya.

Malam diberi kabar meninggalnya kakek, saya berusaha mencari tiket pulang secepat mungkin berharap bisa melihat jenazah untuk yang terakhir kalinya. Meski saya bisa naik pesawat dg penerbangan pertama dari Cengkareng namun saya baru bisa sampai ke Surabaya esok paginya. Dan ternyata jenazah kakek saya sudah dikuburkan malamnya langsung.

Saya ikhlaskan itu semua dan mencoba melakukan apa yg bisa dilakukan, seperti membaca doa bagi kakek. Ziarah kubur di pusara kakek, nenek dan budhe2 saya di desa. Setelah urusan saya di Surabaya selesai saya berjanji untuk menemui Bapak Hindra Gunawan sesampainya saya di Jakarta Minggu pagi. Saya berangkat dari rumah Surabaya jam 3.30 pagi setelah makan sahur, take off pesawat jam 6.15, landing jam 7.30 pg di Cengkareng dan sampai di kosan saya di Sunter jam 8.15. Saya langsung mandi dan pergi ke rumah Bapak Hindra Gunawan pukul 9.00

Di rumah beliau saya bercerita banyak, saya sempatkan meminta tanda tangan di buku “Mindset Siswa Sukses” yang saya miliki. Kurang lebih 3 jam kita bercengkerama membahas beberapa ide gila saya dan berkonsultasi peluang apa saja yang mungkin bisa saya kerjakan. Saking asyiknya Bapak Hindra Gunawan melupakan sejenak untuk tidak makan dan minum karena pada hari itu adalah hari pertama saya puasa di bulan Romadhon 1435 H.

Thanks to Mr. Hindra Gunawan telah membangkitkan spirit saya untuk kembali berkarya menghasilkan hal-hal hebat. Saya sangat yakin bahwa semakin hebat hal yang saya kerjakan semakin hebat pula hambatan yang saya terima. Karena malam tadi saya punya masalah dengan teman yg mengakibatkan tali silaturahmi kami putus. Tapi yg pasti saya berjanji kelak saya akan lebih hebat dr nya dan saya berjanji teman saya pasti menyesal telah memutuskan tali silaturahmi dg saya.

Ini adalah lecutan semangat yg begitu besar tak terkira dampaknya, yang pasti saya berjanji dalam 1 bulan selama puasa ini saya bisa menghasilkan 1 karya. Next month semoga ada 1 karya lagi. Sehingga dalam 1 semester berharap bisa ada 5-6 karya dari saya yg siap cetak dan bermanfaat bagi Indonesia. Serta menyelesaikan tugas online learning dari kantor sehingga dapat menyentuh seluruh masyarakat Indonesia untuk terus belajar. Maju terus dunia pendidikan, ayo para guru untuk bangkit meningkatkan kreativitas mencerdaskan bangsa
Akhirul kalam jika ada kebaikan dari tulisan saya ini tidak lain semua datangnya dari Allah, namun apabila banyak salahnya semua itu karena saya hanya manusia biasa yg tak luput dari khilaf. Jadi mohon dimaafkan. Wabilatofik walhidayah wassalamualaikum wr. wrb