Hidupku Bersama si Merah

Cerita ini bermula di tahun 2009 saat saya lulus kuliah, saya mencoba berbagai peluang untuk memperoleh pekerjaan. Alhamdulillah saya merupakan lulusan terbaik Fisika Unair, akan tetapi di Fakultas Sains dan Teknologi saya adalah mahasiswa ke-2 karena lulusan terbaiknya adalah mahasiswa Biologi.

Saya tidak melamar ke Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) karena tes di Jakarta bertepatan dg pelaksanaan wisuda di kampus saya di Surabaya. Saya agak menyesal karena teman saya jurusan Kimia rela tidak ikut wisuda demi ikut tes di LIPI, dan dia berhasil menjadi pegawai LIPI. Saya merasa bangga atas prestasinya, kebetulan kami pernah dalam satu acara Sampoerna Best Student Visit (SBSV) di tahun 2008. Pernah sewaktu2 saya melihat video kegiatan SBSV 2008 dan merasa bangga juga karena teman2 saya sudah sukses semua.

Hari wisuda saya bergantian dengan kekasih saya saling menemani karena dia wisuda di hari Sabtu sementara saya wisuda di hari Minggu. Awalnya agak kecewa karena tidak bisa berangkat bersama keluarga karena kakek saya masih menjenguk cucunya yang baru lahir. Sepulang wisuda kami sekeluarga makan siang bersama ditemani kekasih saya saat itu.

Hari demi hari saya lewati mencoba beberapa kemungkinan lowongan pekerjaan, pertama saya mencoba di Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) namun sudah gagal di seleksi administrasi. Kemudian mencoba lowongan di Badan Kepegawaian Pemerintah Provinsi Jawa Timur tapi gagal di ujian tulisnya. Pernah jg mencoba melamar menjadi guru di Yayasan Al-Irsyad di Perak, Surabaya Utara namun gagal di uji wawancara. Sepertinya bahasa Arab saya kurang lancar, salah di mahrojnya, panjang pendek dan tajwidnya sepertinya saya kurang menguasai. Maklum saya belajar mengaji hanya saat saya SD. Pernah juga saya melamar di toko buku Gramedia akan tetapi gagal juga di proses wawancara.

Saya hampir putus asa mencari pekerjaan hingga alumni Fisika yang sudah lulus beberapa tahun sebelumnya menawari jurusan kami lowongan dosen di Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS). Saya bersama satu teman lab teori Fisika saya mencoba mengajar di kampus yang termasuk anggota Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) wilayah Jawa Timur tersebut.

Hampir 1 semester saya mengajar di ITATS sebenarnya saya sangat senang karena ilmu saya bisa dimanfaatkan untuk mahasiswa baru di sana. Hampir tiap minggu saya berusaha menampilkan handout Fisika yang saya update tiap bab nya. Hingga di akhir semester kumpulan handout tersebut saya jadikan buku. Berharap buku ini kelak dapat ditertbitkan dan digunakan oleh seluruh pelajar di Indonesia.

Karena ketidakjelasan kelanjutan status pengajara saya di ITATS dan pihak rektorat ITATS menolak memberikan rekomendasi belajar S2 bagi saya maka saya memutuskan untuk mencari tempat pekerjaan yang lain. Saya mencoba mengiripkan lamaran pekerjaan lewat internet. Hingga suatu hari di bulan Desember 2009 saat saya hendak pulang di rumah bulik saya di jalan karangrejo timur. Saya menerima telepon dari sebuah kantor di daerah Gading Serpong, Tangerang. Setelah menerima penjelasan dari ownernya saya berdiskusi dg orang tua. Saya berdoa untuk diberi kelancaran brangkat ke Tangerang.

Hari pertama saya berangkat ke Tangerang ditemani teman semasa SD-SMP-SMA saya Miqdad Zuhdi yang sekarang menjadi pegawai BPK Serang Banten. Di hari pertama saya menjalani uji tulis dan uji wawancara, di sore harinya saya diterima dg gaji pokok yang menurut saya cukuplah utk merantau jauh dari keluarga.

Keesokan harinya saya pulang dan kembali berdiskusi dg orang tua, dg kolega di kampus, dg dosen saya. Saya terima atau tidak tawaran kerja ini. Dg kembali berdoa saya mantap utk bekerja di Tangerang. Keberangkatan kedua saya saat itu tanggal 2 Januari 2010, malam sebelumnya saya lewatkan malam pergantian 2009-2010 bersama teman kampus. Saya janji ke mereka saya akan merantau dan minta doanya agar saya kembali dg kesuksesan.

Sesampainya saya tidak langsung ke Tangerang maklum saya tidak tau jalan kali ini saya diantar teman SD-SMP-SMA saya yang lain yaitu Krishna Pandu Wicaksono (sekarang menjadi salah satu dokter di RSCM, Salemba Jakarta Pusat dan sedang mengambil program spesialis bidang Radiologi). Sedikit certa tentang Pandu ini dulu semasa sekolah di Jember, merupakan teman saya bersepeda di minggu pagi. Teman saya saat mengikuti berbagai lomba dari tingkat SD, SMP hingga SMA sering kami bersama2. Pergi berenang di suatu sore dan bermain di rumahnya, pinjam bukunya. Bahkan saat kuliah semester pertama pernah kami berduet mengajar siswa yang akan mengikuti lomba2 di tempat kami sekolah SMP dulu di SLTPN 2 Jember.

Saya berhutang banyak kebaikan dari Miqdad dan Pandu kalau bukan mereka mungkin saya tidak akan pernah mencoba merantau. Karena mereka sebelumnya telah lama kuliah di Jakarta membuat saya selalu memimpikan bersama mereka di ibu kota. Bahkan saya pernah merasa dejavu saat diajak pandu makan es buah di dekat kosan lamanya di Salemba Tengah.

Ok cerita berlanjut di 2 Januari 2010 ini saya ditemani owner tempat saya akan bekerja untuk mencari kosan di Gading Serpong. Akhirnya saya menemukan sebuah tempat yang menurut saya cukup layak karena di tempat ini dilengkapi dg kamar mandi dan dapur. Saya merasa cukup nyaman saat melihat tempatnya, saya lupa nama pemiliknya tapi yg saya ingat beliau selalu memanggil orang kepercayaannya dg panggilan si ujang.

Saya tidak langsung bekerja pada keesokan harinya karena saya masih ada tanggungan mengajar di ITATS maklum awal Januari merupakan kuliah terakhir sebelum masa Ujian Akhir Semester (UAS). Saya minta ijin untuk menyelesaikan kewajiban saya dahulu, saya kembali ke Gading Serpong Sabtu depannya yaitu 9 Januari 2010. Keberangkatan saya kali ini diantar kedua orang tua dan tiga adik saya, sempat meneteskan air mata pula saat mengantar kepulangan mereka ke Surabaya. Lalu saya berjanji pada diri nanti saya akan pulang ke Surabaya membawa kesuksesan. Janji itu selalu saya dengungkan dalam diri.

Hari berganti hari saya lewatkan bekerja di Gading Serpong. Banyak cobaan saya alami di tempat ini yang pada umumnya saya banyak menerima komplain dari siswa atau pun orang tua siswa. Cukup sering saya dipanggil oleh ownernya karena performa saya yg masih di bawah standarnya. Cukup bingung saya dibuatnya karena sepertinya saya kurang beradaptasi dg pekerjaan baru saya ini. Saya diberi kesempatan hingga 2 bulan.

Di Bulan Februari saya sering curhat dg teman kos saya yang bernama mas Sigit. Mas Sigit ini adalah salah satu Office Boy (OB) di si “MERAH” cabang Gading Serpong (jika ingin tahu apa definisi si “MERAH” silahkan baca cerita saya tentang MERAH BIRU). Sering kami habiskan malam untuk sekedar bercerita pekerjaan masing2. Hingga suatu hari mas Sigit bercerita ke bos nya yg baru saya ketahui namanya adalah Leni Aswati Novita Dewi.

Dari tempat kerjanya di si “MERAH” mas Sigit membawa banyak kertas2 yang berisi soal2. Saya ingat saat itu Rabu malam saya diberi 80 soal, (40 soal semester Genap dan 40 soal Semester Gasal). Kata mas Sigit bosnya bilang kerjakan sebisanya dan boleh dikumpulkan kapan saja. Saya hanya bisa mengerjakannya malam hari saja karena saya masih bekerja di tempat saya bekerja saat itu. Saya berjanji ke mas Sigit sebelum solat Jumat saya serahkan ke mas Sigit dan bisa mas Sigit serahkan ke bosnya hari itu juga.

Tidak lama saya menunggu kira2 hari Selasa (kalau saya tidak salah ingat) saya dipanggil utk tes microteaching di cabang tempat mas Sigit bekerja. Saya jalan kaki dari tempat kos ke tempat tes microteaching, kira2 1 km lumayan jauh jg utk ukuran jalan kaki pikirku. Di sini saya masih ingat menjelaskan bab Vektor karena sebelumnya saya mengajari siswa saya belajar bab Vektor. Kemudian saya diminta menjelaskan soal Gerak Melingkar dan saya ingat bahwa saya salah mengerjakan karena yg benar harusnya menggunakan acuan pusat lintasan.

Sambil menunggu dan saya masih bekerja di tempat saya saat itu, hari Kamis nya saya dipanggil ke kantor pusat si “MERAH” di daerah Sunter, Jakarta Utara. Saya terus terang saja tidak tahu jalan, dari orang HRD nya yang bernama ko Benny saya diberi tahu untuk turun di Senen kemudian naik kopaja 27. Nah ini pengalaman menarik pertama saya saat menuju kantor pusat si “MERAH” .

Saat itu saya taunya hanyalah jalur busway, jadi sepemahaman saya turun di Senen itu artinya turun di halte busway Senen. Saat turun di Senen saya tanya ke petugas Trans Jakarta, saya tanya2 banyak yg tidak tahu daerah Sunter. Ada yang bilang utk berhenti di halte busway berikutnya di ITC Cempaka Putih ada yang bilang ada metromini yg menuju Sunter. Saya ikuti dari petunjuk bapak2 yg tidak kukenal namanya itu. Setelah naik metromini si keneknya blg agar saya turun sebelum naik fly over (baru tau saya itu fly over di daerah Mitra Sunter). Keneknya bilang metromininya menuju Tanjung Priok, kalau saya mau ke Sunter turun di sini lanjut kopaja 27 (yang baru saya tau jg lg ngetem di posnya di depan Mall Artha Gading)

Saat itu belum ada busway tujuan Tanjung Priok – Pluit atau Tanjung Priok – UKI Cawang. Jadi dari Cempaka Putih itu saya naik metromini (entah no 7 ato berapa saya tidak ingat jg). Saat saya naik kopaja 27 saya baru tau kalau saya ternyata lewat belakang sementara yg ko Benny bilang naiklah kopaja 27 dari Senen (bukan dari tempat saya naik tadi, yg baru saya tau itu namanya Sunter Podomoro).

Sesampainya di kantor pusat si “MERAH” saat itu di alamat blok B1B, saya diwawancarai oleh bu Yati Cen yang saat itu merangkap jabatannya jg sebagai General Manager. Setau saya HRD nya adalah pak Marion karena di surat kontrak yg saya terima di kemudian hari yg tanda tangan adalah pak Marion. Pada saat kedatangan pertama saya di kantor pusat si “MERAH” saya tidak langsung menandatangani kontrak. Saya masih menimbang2 karena jujur yg si “MERAH” tawarkan jauh di bawah tempat saya bekerja saat itu, nilai itu cukup wajar karena saya hanya mengajar pelajaran Fisika. Sementara di tempat saya bekerja sebelumnya saya mengajar semua mata pelajaran Mat-Fis-Kim dari SD-SMP hingga SMA.

Cukup lama saya berpikir, saya ingat saat itu hari Kamis hari di mana saya berpuasa. Saya telah berjanji selulusnya SMA saya akan terus puasa Senin-Kamis apa pun kondisinya. Puasa Senin-Kamis jg merupakan pesan dari nenek saya (ibu dari ayah saya) sebelum beliau meninggal. Nenek saya meninggal 14 September 2007 saya ingat saat itu juga bulan Puasa Romadhon. Nenek saya berpesan kalau pun puasa Senin-Kamis ga boleh putus diusahakan bs selama 40 minggu berturut-turut syukur-syukur setelah hari raya Idul Fitri sampai ketemu bulan Romadhon lg artinya full 11 bulan (44 minggu)

Saya berpikir cukup lama yg membuat saya tidak lg berkonsentrasi di pekerjaan saya, kinerja saya sepertinya menurun. Hingga akhrinya saya dipanggil kembali oleh owner tempat saya bekerja dan beliau bilang kontrak saya tidak diperpanjang (saya ingat namanya Andi). Bagi saya, saya mengerti saya gagal di tempat pertama karena banyak alasan yg saya buat, ownernya tidak seiman dg saya, perokok berat, saya tidak nyaman saat solat lima waktu karena tidak ada jam untuk istirahat maupun jam untuk break solat.

Ketidaknyamanan inilah yg membuat saya mantap meninggalkan tempat pertama dan akhirnya memilih si “MERAH” walaupun secara materi masih jauh di bawah tempat saya bekerja di Gading Serpong. Saya ingat saya kembali ke kantor pusat si “MERAH” tanggal 1 Maret 2010. Saya ingat saat itu hari Senin saya puasa lagi dan saya lupa lagi jalan menuju kantor pusat di Sunter. Kali ini rute pemberhentian saya bukan lagi di Cempaka Putih karena saya lupa nama haltenya saat itu, saking lupanya saya turun di terminal terakhir yaitu di Pulo gadung.

Sampai di Pulo Gadung saya tanya beberapa orang bagaimana caranya saya ke Sunter. Banyak yg memberi petunjuk, ada yg bilang naiklah angkot biru no 37 karena angkot ini ada di terminal Pulo Gadung nanti turun di Sunter. Saya coba ikuti saran dari bapak2 yg tak kukenal namanya itu. Angkot ini melewati jalanan di depan Mall of Indonesia (MOI) yg hancur cukup parah karena banjir. Sesampainya di bawah fly over (yg baru saya tau itu daerah Mitra Sunter). Saya disuruh turun di sini oleh supir angkotnya dan disuruh menyebrang lalu naik kopaja 27.

Sungguh pengalaman menarik saya menuju kantor pusat si “MERAH” kembali terulang kali ini dg rute konyol yg lain. Dan lagi2 saya tidak mengikuti rute yg dibilang oleh ko Benny sebelumnya. Tidak lain dan tidak bukan karena perbedaan definisi kata2 turun di Senen. Saya mengartikan bahwa saya harus turun di halte busway Senen karena saya taunya bus Trans Jakarta. Sementara ko Benny maksudnya adalah naik bus lalu turun di terminal Senen. Ini kan perbedaan pemahaman yang berakibat fatal. Meskipun tujunnya sama2 bisa menuju kantor pusat si “MERAH” tapi rutenya bisa berbeda.

Oh ya ceritanya saya lanjutkan ya. Senin 1 Maret 2010 saya tanda tangan kontrak tapi saya minta ijin ke Bu Yati saya baru bisa ikut training 1 bulan pada Senin depannya 8 Maret 2010. Saya akhirnya bergabung dg si “MERAH” karena visi yg disampaikan oleh bu Yati cukup sesuai dg diri saya yaitu “WORLD BEST PLACE FOR STUDENT AND TEAM TO RE-EDUCATE AND LIVE”. Karena visinya dalam bahasa Inggris saya tdk bs langsung mengingatnya tp saya tau maksudnya adalah menjadi tempat terbaik dan itu sangat sesuai dg pribadi saya yg ingin menjadi yg terbaik.

Oh ya perlu teman2 pembaca ketahui saat itu saya ada gangguan di hidung karena flu. Siangnya saya diajak Bu Yati keliling kelapa Gading mengantar guru yang baru lulus training dan menjemput Bu Eka yg merupakan guru Kimia di Muara Karang. Oh ya Bu Yati bilang saya boleh nanti penempatan di Sunter karena saya yg menginginkannya (sebab Sunter lumayan dekat dg stasiun Pasar Senen). Tapi saya tidak training di Sunter melainkan di Muara Karang sebab orang yg mentraining saya masih menjadi guru Fisika di Muara Karang.

Sedikit cerita tentang trainer saya dulu ya. Namanya adalah ibu Hilalia saya terbiasa memanggilnya ibu karena lebih senior dari saya. Meski beda satu tahun untuk urusan kuliah saya masuk tahun 2005 beliau tahun 2004. Saya lulus 2009 beliau lulus 2008. Beliau merupakan lulusan Fisika Universitas Indonesia (UI) di depok. Saya cukup hormat dg Fisika UI karena ada kenalan dosen saya di sana bernama pak Terry Mart. Bu Lia ini merupakan salah satu tim litbang yang baru terbentuk dan baru ke kantor pusat setelah masa Ujian Nasional.

Saya iyakan saja perkataan bu Yati karena saya baru tanda tangan kontrak kerja saja saya sudah beruntung. Hampir saja saya menanggung malu hendak pulang ke Surabaya dan bilang ke orang tua serta teman2 bahwa saya gagal. Mungkin tidak ada yg tau cerita saya ini hingga saya berani terus terang dan menuliskannya dalam blog yg jg cukup lama saya tinggalkan ini.

Saya diantar Bu Yati dg driver bernama mas Sugi (yg kemudian menjadi tim marketing si “MERAH” di pusat) ke Muara Karang. Di sini  saya dikenalkan dg Koordinator Cabang Muara Karang saat itu yaitu pak Aris. Bu Yati jg berpesan kepada saya rute pulang ke Gading Serpong karena barang2 saya masih ada di kosan Gading Serpong. Malamnya saya diantar OB Muara Karang saat itu yg bernama mas Budi. Mas Budi ini sangat baik sekali dan sering membelikan saya makan untuk makan saat istirahat jam 19.00 malam.

Saya dianter di suatu tempat dekat dg pasar ikan di Muara Angke. Karena saya sedang ada gangguan hidung saya tidak banyak merasakan keanehan di tempat itu. Dalam pikiran saya yg penting saya dapat tempat kos bisa untuk tidur dan murah. Maklum yg saya terima sekarang jauh di bawah tempat saya pertama dulu jadi saya harus lebih bijak lg dalam mengeluarkan uang. Alhamdulillah saya dapat tempat yg murah dan saya bilang kepada bapak pemiliki kos bahwa saya hanya kos selama 1 bulan saja.

Malam setelah menemukan tempat untuk tinggal saya kembali ke Gading Serpong dan beristirahat di sana kemudian berkemas2 keesokan harinya. Karena tidak ada yg bisa saya mintai pertolongan akhirnya saya memindahkan barang yg saya punya sendiri dg melewati rute sebagai berikut dari tempat kos di Gading Serpong naik angkot biru sampai di depan gerbang perumahan Sumarecon. Kendaraan kedua naik angkot hijau menuju terminal kalideres. Kendaraan ketiga naik bus Trans Jakarta berhenti di halte Grogol atau Jelambar, depan Mall Citra Land. Kendaraan keempat naik angkot merah B01 sampai di Muara Angke. Cukup panjang rute yang saya tempuh yg sebenarnya bisa sekali jalan jika naik taksi. Maklum ekonomi sedang sulit saya harus irit. Sekali jalan saya habiskan ongkos sekitar Rp 10.000,00 – Rp 15.000,00 jika bolak – balik bisa Rp 20.000,00 – Rp 30.000,00 seingat saya, empat kali saya jalani rute ini yang kalau di total bisa Rp 100.000,00 dan mungkin saja bisa 1 kali jalan.

Mungkin ada kebodohan keputusan yg saya ambil. Tapi dari jalur ini saya mendapatkan banyak hikmah saya bisa tau banyak tempat yg mungkin belum pernah saya kunjungi. Saya bisa tau halte Indosiar yg kelak saya tinggal kos di daerah sana. Saya bisa tau Mall Citra Land yg mana saya suka makan dan nonton di sini. Saya bisa tau jalan ke Pluit yang kemudian saya main basket di taman kota dekat waduk Pluit. Banyak tempat yg bisa saya lalui melalui jalur ini karena saya tidak tahu jalan raya ibu kota saya harus banyak mengingat dan pengalaman berada di jalanan ibu kota.

Pengalaman ini mungkin tidak bisa saya rasakan jika saya langsung naik taksi karena saya cukup bilang ke sopir taksi kemana tujuan saya dan sopir taksinya tinggal masuk pintu tol di CBD Serpong lalu turun di pintu tol Pluit tinggal jalan beberapa kilometer sampai lah ke Muara Angke. Saat training di Muara Karang ini saya masih sering pulang ke Surabaya karena masih ada rindu dg orang tua saya dan kekasih saya saat itu yang kemudian bekerja sebagai guru Biologi di Yayasan Al-Irsyad Perak tempat saya gagal wawancara. Maklum kalau urusan bahasa Arab kekasih saya saat itu lebih jago tajwidnya saya mengaku kalah.

Nah jalur pulang ke Surabaya saya lalui dg menggunakan kereta api mau tidak mau saya sering menuju stasiun Gambir atau stasiun Pasar Senen. Saat kereta yg saya naiki masih berangkat dari stasiun Gambir saya ambil rute dari kosan naik angkot merah B01 turun di Grogol lanjut Bus Trans Jakarta turun di halte Gambir. Saat kereta saya berangkat dari stasiun Pasar Senen saya ambil rute naik angkot merah B01 turun di Pluit lanjut kopami 02 turun di terminal Pasar Senen. Stelah sekian bulan saya diberi tahu ko Benny ttg terminal Pasar Senen saya baru tahu jikalau terminal Pasar Senen itu sangat dekat dengan Stasiun Pasar Senen.

Ya semua ada hikmah yg bisa dipetik kalau saya melihat gaji saya yang kecil dan pulang ke Surabaya selamanya mungkin tak banyak yg bisa saya pelajari dan mungkin tidak bisa bercerita di blog ini lagi. OK awal minggu ketiga saya tinggal di Muara Angke saat hidung saya sudah sehat saya baru tau bahwa tempat tinggal saya adalah tempat terbau amis yg ada di Jakarta. Pun demikian saya selalu kesulitan mendapati air di kamar mandi saat hendak mandi atau pun mau mencuci baju atau piring.

Saat itu saya berjanji bahwa saya akan selesaikan masa training saya di Muara Karang dalam waktu singkat (kalau bisa selama 3 minggu) selambat-lambatnya sampai masa tinggal saya habis di Muara Angke. Malam pulang training saya terus belajar pagi sebelum training saya juga belajar, belajarnya pun mengandalkan ilmu dalam ingatan saya, tanpa membukan buku sedikitpun. Menstress pikiran untuk mengingat semua materi yg dibutuhkan tanpa membuka buku.

Kegiatan yg cukup stress ini lah yg membuat saya cukup cepat menguasai materi training. Saya membuat patokan dalam diri belajar jgn lama2. 1 jam mempelajari hal yg telah diajarkan, 1 jam belajar mempersiapkan materi training yg akan dihadapi. Pola ini saya buat sendiri dan saya lakukan tiap hari, hingga tubuh saya bisa menyesuaikan diri. Dan saya bisa melupakan kegagalan pertama saya bekerja di Gading Serpong dan menemukan semangat baru bersama si “MERAH”.

Di tempat pertama saya merasa disia-siakan bersama si “MERAH” saya merasa dibutuhkan dan ingin berkarir lebih lama lagi. Hingga 1 minggu sebelum bulan Maret berakhir saya telah menyelesaikan syarat training. Bahkan saya dimintai tolong untuk membantu mengajar siswa yang akan menghadapi Ujian Nasional. Ini merupakan tantangan besar pertama saya bersama si “MERAH”.

Hari saat saya uji kompre tertunda karena penguji harus ikut rapat di kantor pusat. Tapi saya tetap dg rencana semula pindah kos dari Muara Angke ke Sunter. Di Sunter saya ditemani ko Yogi untuk mencari tempat tinggal. Beliau bilang ada tempat kosong di depan kosannya. ko Yogi bilang tempatnya baru saja kosong jd masih mungkin untuk saya tempati. Ko Yogi ini sangat baik dg saya kami sering bersama. Akhirnya saya pindah kos dan saya kembali memindahkan barang dari Muara Angke ke Sunter.

Kali ini rutenya sebagai berikut naik angkot merah B01 dari Muara Angke ke Pluit lalu naik kopami 02 turun di Pasar Senen kemudian naik metromini 24 turun di Sunter. Rute ini saya lalui karena biayanya yang cukup murah. Skali jalan cuma Rp 6000,00 bolak balik Rp 12.000,0 kalau empat kali tidak sampai Rp 50.000,00 jadi masih Ok lah. Setelah pindah kos saya kembali belajar untuk mempersiapkan uji kompre yang tertunda.

Masih ingat pengujinya salah satunya adalah pak Karno. Sedikit cerita tetang pak Karno yang saat itu adalah koordinator cabang Boulevard Timur. Pak Karno merupakan seniot Fisika yang cukup lantang suaranya, dari pak Karno ini yang kemudian sedikit banyak membentuk karakter saya. Cukup malu saya diuji oleh pak Karno karena ada beberapa soal yg kurang lancar saya jelaskan. Akan tetapi, hasilnya saya tetap diluluskan.

Saya berjanji tidak menyia-nyiakan ini, saya sadar saya kurang dalam bahasa Inggris lulus ujian kompre saya belajar materi yang belum saya kuasai bisa dilihat catatan saye lengkap dg materi Fisika dan soal-soal. Saya senang melakukannya karena saya terinspirasi dg buku catatan bu Lia dan pak Karno yg menurut saya tergolong lengkap dan saya ingin punya buku catatan yang lengkap pula. Sekian bulan saya bersama tim Sunter berbagai hal saya lewati di sini.

Di Sunter saya berada di bawah pengawasan bu Alfi, bu Alfi merupakan pribadi yang menarik bagi saya. Sosok yg cerewet tp cukup baik kepada saya. Saya dipercayakan berada di bawah bimbingan guru senior di Sunter oleh bu Alfi yaitu senior. Senior ini menurut saya adalah guru yang multi talent, bisa uji Graphology, sering membantu mengajar Matematika dan menangani siswa2 berkebutuhan khusus.

Kira2 3 bulan saya berinteraksi di Sunter membuat saya nyaman di Sunter dan merasa Sunter seperti rumah saya, tim2 nya seperti keluarga saya. Kita juga sangat kompak saat tampil di acara tahunan di bulan Juni. Cukup kompak kita di Sunter hingga suatu hari di bulan Juli bu Alfi memanggil saya. Di acara tahunan diumumkan bahwa bu Leni koordinator cabang Gading Serpong saat itu ditarik ke pusat sebagai Manager Marketing dan penggantinya adalah Pak Nurhadi Guru Fisika di cabang Taman Ratu.

Dengan kepindahan pak Nurhadi ke Gading Serpong tidak ada yang mengajar Fisika di cabang Taman Ratu. Sementara guru Fisika di Sunter ada dua orang melihat dia yg lebih senior pilihan akhirnya adalah saya dipindahkan di cabang Taman Ratu. Ini adalah keputusan yang cukup sulit yang harus saya terima. Nah karena saya sudah cukup lama mengetikkan cerita saya ini. Saya cukupkan dulu cerita saya dengan si “MERAH”. Besok saya lanjutkan ceritanya dimulai dari kepindahan saya ke cabang Taman Ratu.

OK. Akhirul kalam klo ada kebaikan semua itu datangnya dari Allah swt kalaupun masih banyak kekurangan pada tulisan saya itu semua tidak lepas dari kemampuan saya yang masih minim dan masih belajar untuk menulis. Jika lau banyak kesalahan itu semua karena saya manusia biasa yg tak lepas dari khilaf. Wabilatufik walhidayah. Wassalamualaikum Wr. Wb